Selamat datang diblo saya

Minggu, 06 Oktober 2013

Mempercayai media?

Menarik bagi kita untuk mencermati fenomena hoax yang banyak menyebar di dunia maya. Beberapa waktu lalu ada sebuah artikel yang membahas tentang bagaimana beberapa kabar dunia yang telah lama disajikan di media cetak dan elektronik dianggap sebagai hoax. Well, tidak salah memang. Tapi tidak benar-benar dapat dipercaya sepenuhnya. Hoax sendiri dimaknai  sebagai sebuah usaha yang dilakukan untuk menipu dan mengabarkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi. Hoax juga diartikan sebagai upaya untuk memprovokasi perubahan masyarakat dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sesuatu.

Menanggapi kembali artikel tentang hoax yang saya baca, artikel tersebut menitikberatkan pada berita-berita hoax yang terkait dengan fenomena keislaman, misalnya berita masuk Islamnya Pak Bin maksud saya Mr Bean, berita ditemukannya belahan pada bulan, foto-foto kejadian pembantaian yang dilakukan Budha Myanmar pada entitas Muslim Rohingya yang dianggap sebagai tipuan dan masih banyak lagi berita lain yang dianggap sebagai tipuan semata yang digunakan untuk kepentingan pihak tertentu. Hoax didalam Islam jelas hukumnya. Salah satu dari tiga ciri-ciri orang munafik adalah mengatakan sesuatu yang tidak ada faktanya alias bohong. JIka seperti ini, tidak dibenarkan seorang muslim dengan dalih membela agamanya dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang suatu perkara untuk memanipulasi data dan mengabarkan berita yang tidak benar. Jadi, Hoax merupakan perilaku buruk yang tidak didasarkan Islam dan tidak ada hubungannya dengan Islam. Kaum musliminpun yang memberitakan Hoax mestinya menarik akhlak buruk ini karena Allah jelas sangat membencinya.

So, saya setuju dengan beberapa berita yang menurut saya tidak penting untuk diperdebatkan kebenarannya. Semisal masuk Islamnya seorang tokoh, keajaiban kalimat lailahaillah, atau bulan yang terbelah atau tidak kecuali hal-hal tersebut kita temui secara langsung dan kita mampu memastikannya dengan panca indera kita. Toh untuk menancapkan kepercayaan kita akan Allah masih banyak fakta yang dapat kita indera yang mengantarkan kita pada kepercayaan tanpa keraguan hanya pada Allah Tuhan semesta Alam. Jikalau ditemukan fakta-fakta yang membenarkan kebenaran Al-quran, itu adalah hal yang hendaknya menguatkan azzam kita atas penghambaan kita pada Allah.

Lantas siapakah yang pantas kita percaya dalam mengkhabarkan sebuah berita? Kebenaran sering kali tak mudah kita dapatkan. Bahkan media-media besar tak luput dari “kekhilafan” mengabarkan kebohongan atau memotong-motong berita dengan maksud menghilangkan arti yang sesungguhnya. Tanpa disadari, media sangatlah berpengaruh terhadap jalan berpikir seseorang, mengarahkan opini, menunjuk tersangka, dan meninggalkan penonton dengan kabar yang tidak sempurna sehingga mereka dibiarkan berspekulasi dengan sepotong cerita itu saja. Sama seperti sejarah, mediapun akan berpihak kepada siapa yang menguasainya. Sangat mudah bila sang pemilik media memesan fakta macam apa yang ingin ia tampilkan dilayar kaca. Sepuluh menit diskusi akan mampu mengubah pembunuh menjadi malaikat paling berbudi luhur begitu pula sebaliknya.


Berita macam hoax ini, tak bolehlah membatasi kita dari mencari tahu kebenaran. Tak boleh membuat kita berhenti percaya pada mereka yang berusaha jujur mengabarkan. Tapi seharusnya fakta ini menyadarkan kita bahwa media tak akan pernah netral. Akan selalu ada bumbu-bumbu dalam berita bagi mereka yang punya kepentingan. Akan selalu ada oknum yang berusaha mengganti berita dengan gossip kemudian mengabarkannya berkali-kali hingga tak perlu dibuktikanpun secara otomatis lisan kita akan menjawab sesuai pesanan mereka. Tapi tetap aja akan selalu ada mereka yang berusaha menyingkap tabir kemunafikan dengan berita segar yang objektif meskipun bukan berarti netral. Kita hanya perlu objektif kemudian percaya pada apa yang kita indera.

Kamis, 19 September 2013

mahasiswa bangkit part 2

kawan mungkin pernah mendengar sebuah kisah tentang pencarian Tuhan disebuah kelas. suatu waktu, dosen atau guru sebuah kelas memberikan penjelasan tentang logika mencari tuhan. sang gurupun bertanya pada muridnya. 
"apakah kalian bisa melihat Tuhan?" murid-murid hanya terdiam
"apa kalian bisa mendengar suara Tuhan?" kembali para murid terdiam
"nah, itulah buktinya bahwa Tuhan tidak ada"
seketika para siswa mengerutkan dahi, ada yang termenung, ada yang diam diam mengangguk, ada pula yang semakin yakin dengan prinsipnya. tiba-tiba seorang siswa berdiri dan memberikan argumen serupa dengan sang guru.
"teman-teman, apkah kalian bisa melihat otak pak guru?" teman-temannya menggeleng, beberapa mengatakan tidak.
"apakah kalian bisa memegang dan menyentuh otak pak guru?" serentak mereka mengatakan tidak.
"nah, itu bisa berarti bahwa otak pak guru tidak ada" para murid ikut tertawa mendengar pernyataan terakhir.

begitulah kira-kira, kisah kecil yang memberikan kita gambaran sederhana tentang pencarian Tuhan. masih perlu contoh lagi? baiklah. ada sebuah kisah dari seorang Arab Badui yang suatu ketika ditanyakan padanya. "dari mana engkau mengetahui keberadaan Allah?". Si arab badui kemudian menjawab dengan mantap. 
"SubhanAllāh! kotoran unta itu menunjukkan adanya unta. Tapak-tapak kaki itu menunjukkan ada orang yang berjalan. Langit-langit yang mempunyai gugusan bintang, gunung-gunung yang mempunyai lembah, lautan dengan ombak-ombak yang berdeburan, tidakkah ini menunjukkan adanya Allāh yang Maha Mengetahui?” (Tafsir Ibnu Katsir surat Al Baqarah 21-22).
logika sederhana yang akhirnya bisa mengantarkan kita pada kenyataan bahwa Tuhan pasti ada. terlebih kamu, mahasiswa. logika macam ini pastilah tidak sebanding dengan kekauatan berfikir yang kamu luangkan untuk PKM kan?. jadi jangan lagi menjadi manusia zaman batu yang menganut kepercayaan karena mimpi, tertolong ular, matahari atau batu, atau karena mendengar suara-suara yang merupakan ciri khas suatu agama. kalau beragama menjadi sesederhana itu, banyak orang yang sudah menghamba pada Hannnah montana. kau bisa bayangkan berapa banyak fans dia di dunia.

Nah, sekarang kenyataan bahwa kamu punya Tuhan adalah sebuah kenyataan pahit. kenapa? karena artinya ada yang mengaturmu, ada yang memberikanmu misi berada dibumi ini, bukan hanya sekedar menambah polusi. terus yang jadi pertanyaan sekarang, Apa yang diinginkan TUhan atas keberadaan kita di muka bumi. kepada siapa kita harus bertanya. tentu saja kepada sumber terpercaya yang Tuhan turunkan pada manusia. Dari hal ini kita bisa melihat bahwa agama-agama yang ada didunia memiliki kitab yang diakui sebagai benda yang memuat kalimat TUhan dengan segala petunjuk kehidupan. tapi kamu masih bingung sumber yang mana yang bisa dipercaya? lakukan saja uji autentik. semacam tes yang akan menunjukkan kitab mana yang benar-benar dikirim oleh TUhan.

kumpulkanlah kitab-kitab itu, tanyakan pada kitab itu apa yang membuat kita harus percaya padanya. Al-quran yang diberikan kepada Nabi SAW sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanmu bahkan sebelum kamu terpikirkan untuk bertanya. tanyakanlah! 
"duhai alquran apa yang membuat aku harus percaya padamu?"
"inilah kitab itu, yang tidak ada keraguan didalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa" Al-baqarah:2
"bisa saja, kau adalah karangan orang-orang arab di zaman unta?"
"katakanlah: (kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya" (TQS. Yunus:38)
"lha... jangan saya dong. oke, kalau begitu bisa saja kamu buatan muhammad, kan?"
"(dan) sesungguhnya kami mengetahui mereka berkata: bahwasanya al quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (muhammad). padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan bahwasanya Muhammad belajar kepadanya adalah bahasa ajami (non arab), sedangkan Alquran itu dalam bahasa arab yang jelas" QS. An nahl:103
“ooo ya sudah, oke. Oke. Tapi belum tentu isinya benar semuakan?”
“maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran? Kalau kiranya al quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya”
“eh… saya belum baca semua lembaranmu”
Yah,,, tidak perlu dijawab sama Al-quran kan? Maka pelajarilah Alquran, semakin banyak kamu tahu, semakin bisa kamu beripikir objektif membandingkan apa yang disampaikan Alquran adalah kebenaran semata. Jika memang kamu sudah sepakat bahwa Alquran adalah kitab yang diturunkan oleh Tuhan, maka sekarang silahkan bertanya, siapa Tuhanmu dan apa tujuan hidupmu?.
“jadi Tuhanku siapa?”
“sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah dan tidak ada tuhan selain dia. Maka sembahlah dia” 20:14
“Jadi Tuhanku adalah Allah?” untuk apa engkau menciptakanku?”

Inilah yang dalam sinetron-sinetron disebut sebagai titik klimaks. Jawaban dari Pertanyaan inilah yang akan mendampingimu sepanjang hidup. Seperti tiket kereta, jawaban ini adalah tiketmu lanjut keperjalanan selanjutnya. Tak masalah selika-liku apa jalan hidupmu, asal kau tahu kemana tujuan akhir dari perjalanan ini. Yang susah, jika kau tak paham kemana tujuan dari perjalanan panjangmu ini, kau tak tahu dengan apa kau menuju kesana, terlebih lagi jika kau tak punya modal untuk menuju kesana. 

Sabtu, 31 Agustus 2013

Mahasiswa baru, Bangkit!

kini kita mulai berbicara lagi tentang mahasiswa. sebagai refleksi diri dan penjelajahan jati diri bagi para mahasiswa baru yang sebentar lagi mengalami ospek atau bahkan sudah selesai ospek. sebagai mahasiswa lama yang pernah muda, dimataku kuliah adalah satu noktah yang melanjutkan noktah sebelumnya sebelum akhirnya ditarik sebuah garis. yah, meskipun tidak semuanya sama ada mahasiswa yang menjalani kuliah sebagai titik yang sama dengan sebelumnya warna tintanya sama digores dengan pena yang sama. tak heran jika noktah itu tak memberikan irama baru dalam perjalanan hidupnya. namun ada pula, mahasiswa yang menjadikan kuliah sebagai titik balik dalam hidupnya. ibarat bumerang yang telah dilembar, datang kalanya ia berbalik menuju sang pemilik. inilah yang selanjutnya ingin ku sebut dengan bangkit.

suatu ketika, ketika aku memanggil kawanku dari tidurnya dengan kata "bangun" dia masih akan menggosok-gosok hidungnya tanpa sedikitpun berpindah dari posisi awal. namun cobalah untuk memanggilnya dengan kata "bangkitlah". dia akan melotot dan bergumam "kau kira aku zombi, bangkit dari kubur". Yah, bukan itu poinnya, namun bangkit adalah berpindahnya posisi seseorang dari posisi duduk ke posisi berdiri, atau dari posisi berdiri ke posisi lari. problemnya, tidak semua orang tau makna bangkit, dan tidak semua orang mau untuk bangkit.

Jamil Azzaini menjelaskan dalam buku MOVE ON, singkatnya begini, semua orang butuh untuk move on. kalaupun kamu saat ini merasa aman dan baik-baiknya, -disamping mungkin ada yang salah dengan dirimu- tetap saja semua orang butuh untuk move on. sebab, kamu tumbuh menjadi dewasa, orang tuamu juga tumbuh menjadi tua, adikmu menjadi remaja, rumah kayumu menjadi rapuh. semuanya berubah, dan semua perubahan itu membutuhkan sikap dan perbaikan. Lantas apa solusinya? MOVE ON. Bangkitlah!

Balik ke topik utama, kini kamu sudah mahasiswa. tak lagi kamu dibekalin nasi goreng dari rumah. tak lagi kamu dikejar-kejar karena lupa minum susu. tak lagi kamu dijagai siang malam oleh ibumu. sekali lagi, perubahan yang menuntutmu untuk berubah. status dan umurmu yang menuntutmu untuk bangkit. bagaimana agar kamu bisa bangkit? tidak lain dengan mengetahui apa tujuan hidupmu. sebagian dari kamu mungkin menganggap ini sebagai pertanyaan klise. kemudian kamu menuliskan motto hidupmu dengan kata-kata yang mbois bin keren . namun faktanya, kamu tidak juga bergerak sesuai dengan motto hidupmu itu. ini permasalahannya. motto hidup bukan hanya kalimat keren yang kamu tuliskan dalam formulir open recruitment kepanitiaan atau lembaga. bukan kawan. motto hidup adalah lenteramu dalam menemukan jalan hidupmu. jadi jawablah dengan segenap jiwamu pertanyaan itu. untuk apa gerangan kau hidup di bumi ini? menambah polusi sajakah?

alkisah terdapat percakapan mahasiswa baru dengan seorang pria yang bertanya tentang tujuan hidup
"apa tujuan hidupmu wahai anak muda?" 
"tujuan hidupku adalah ingin menjadi anak yang berbakti bagi nusa dan bangsa, membahagiakan orang tua, bermanfaat bagi orang lain.
"kenapa kamu ingin berbakti bagi nusa dan bangsa, membahagiakan orang tua, bermanfaat bagi orang lain?"
"karena ini bangsa dan nusaku, karena mereka orang tuaku yang menjagaku sejak kecil, karena.. yaa begitulah"
"jika ini bukan negerimu, jika mereka bukan orang tuamu, jika kau tak dapat bermanfaat bagi orang lain?"
"bisa kau tanyakan pada orang lain? aku lelah"

dan perbincangan dengan mahasiswa baru ini berakhir karena ia lelah berpikir, bahkan untuk hidupnya sendiri. sepatutnya, ada pertanyaan yang harusnya lebih krusial untuk dijawab. siapa yang menjadikanmu bagian dari negeri ini, siapa yang memberikanmu orang tua, siapa yang membuatmu bisa berguna, dan SIAPA YANG TAU UNTUK APA KAU HIDUP.

tak terpikirkan?
ya, kaukan terlalu lelah untuk berpikir.
tapi cobalah jawab

jika dia bukan matahari, dia bukan bulan, dia bukan gunung, dan dia bukan hutan. Siapakah Dia yang tak pernah tidur, tak akan hilang karena terang, tak akan padam karena gelap? Maka kau akan temukan, Dia adalah Tuhan semesta alam. Allah yang Maha Kasih. 
akan jadi masalah lagi, jika pada Allahpun kau tak kenal. Maka kenalilah Tuhanmu. bukan hanya karena tak kenal maka tak sayang, tapi karena tak kenal maka tak maluuukah kita hidup dibumi-Nya?. 

Kamis, 15 Agustus 2013

Pemuda matahari

Kami pulang, dengan otak utuh dan wajah kusam
Rindu rumah dan sawah. Rindu emak dan bapak
Tapi kami bukan kami, anak ingusan yang blingsatan terkena air
Kami mahasiswa bawa sekarung goni berita baru, tentang dewa yang selama ini di puja
Bahwa ia tak pernah ada, melainkan dusta dan nestapa
Bahwa anakmu telah bangkit dari jajahan
Mengajakmu balik pada fitrah, kembali menghajar kejahiliahan
Tapi emak, begitu susah menyusur gua hatimu. Terlalu dalam dan gelap
Apa yang hendak kami perbuat, jika layar sudah terlanjur digelar?

Aku rindu ramai sepatu di lantai marmer, menjajakan ide tak kenal malu
Hai adikku, apa kabar kau di sana?
Apa emakmu bergaung tiap jam? Atau siut tiba-tiba?
Segeralah kembali, bersama para pemuda matahari
Tak kenal sepi, ramai dia kembali
Kalau dunia tak kau lihat lagi, biarkan matahari menjadi saksi
Pada emak dan bapak nanti
“gadis muda yang pernah hidup dibawah atapmu, telah mandi ditaman-taman surga, hendak ikutkah kau?”
Dan emak memutar jarum-jarum jam, sambil bercucuran air matanya.

“saya hendak kembali pulang” lirihnya

Sabtu, 10 Agustus 2013

Kembali dari keimanan


Jalan panjang mengikis memori
Deru kendaraan mengantar rindu
Pada padang ilalang, bukit rerumputan
Tempat kolega yang kian jauh
Meninggalkan keramaian, membungkus kesepian
Takbir bertalu-talu, dan dunia masih mengaku
Kepada Tuhan yang satu, seolah harga dirinya bisu
Menghitung jam, manusia-manusia ini akan kembali kepada perangai aslinya
Saling menghujat dan berkhianat
Sebab Ramadhan hanya sebulan dan segitu sajalah mereka beriman
Bulan selanjutnya adalah milik mereka
Tak ada Tuhan, tak ada aturan

Hanya mereka dan dunia

Muhan Man (my Super hero)

Taulah rasanya lebaran tanpa keluarga? Padahal itu saat-saat kita berkumpul dan saling bercerita pengalaman masing-masing setahun yang lalu. Tahun ini dengan sangat menyesal, aku berlebaran di kampong orang. Tak kenal satu tetanggapun. Yah karena satu dan lain hal, jadwal pulang kampong tidak ada dalam skejul tahun ini. Madiun, itulah kota yang ku tempati selama 6 hari terakhir. Kota ini ramai sekali, Kendari tidak ada apa-apanya. Rumah yang aku tempatipun sangat nyaman dan mengingatkanku pada rumah nenekku di Ciamis sana, khas Jawa dengan tiang-tiang tinggi, lantai marmer dan jendela lebar transparan. Sayangnya, aku tidak punya teman wanita satupun disini. Aku berangkat dari mojokerto bersama dua orang sepupu dan kakakku. Mereka semua laki-laki. Sampai di Madiun pun semua keluarga adalah laki-laki tidak seorangpun perempuan. Dunia seperti daun kelor, sempit sekali. Alhasil 5 hari berlalu dan aku tidak menikmati apapun dengan berlibur disini.
Sampai malam tadi, semua keluarga berjalan-jalan di Alun-alun Madiun. Termasuk Muhan, anak lelaki kelas 3 SD yang menyadarkanku bahwa dialah lelaki yang selama ini aku cari. Asiikk… Ternyata dia anak yang sangat asik, dia mengajakku bermain sesuatu berbentuk baling-baling. Memberikan aku joke-joke yang sebenarnya tidak lucu, tapi karena dia yang bercerita, entahlah aku selalu ingin tertawa.
Ada cerita lucu tentang anak ini, puasa kemarin dia hanya bolong dua. Satunya disengaja, satunya tidak sengaja. Ketika mandi sore dimana sebentar lagi adzan magrib, dia merasakan rasa dahaga yang dasyat. Karena tak tahan haus, akhirnya sambil menyiramkan air ke tubuhnya dia membuka mulutnya dan meminum air itu. Ngakunya dia sih sedikit. Hehe. Dia juga suka melalukan hal-hal bodoh. Seperti terjatuh dari tempat tidur, mengenalkanku pada Pak BaraBanaBara. Entah itu siapa.
Ada kisah lain juga tentang anak ini. Dia adalah anak ke tiga dari 3 bersaudara. Pertama kakaknya setahun dibawahku sekarang sedang kuliah jurusan teknik sipil di salah satu universitas negeri di Surabaya. Anak kedua baru lulus SMA. Semua anak itu ganteng-ganteng. Hehe… dan sepenglihatanku mereka anak yang mandiri. Aku tidak tau ayah mereka kemana. Aku juga tak berani bertanya. Lebaran ini, Muhan mendapat banyak THR. Sambil bercanda aku menyarankan padanya untuk membawa semua uang itu ke alun-alun untuk dibelanjakan.
“di gowo ae han , neng alun-alun, iso tuku mercon” saranku padanya.
“emoh”
“lha terus duite arep mbok gawe opo?”
“nggawe tuku hapene masku” wihh…. Standing Applouse aku sama anak ini.
“masku kan gurung duwe hape mbak, hapene mas Iman yo di kasi ibu”
“saling ngasih gitu aa, han?”
“nggeh, masku yo tukuno ae, aku yo tukono ibu sandal” dalam hati aku bergumam, keren anak ini. Makaya ku jahilini terus.
Aku dapat pelajaran lagi hari ini. Bukan dari guru bukan dari ustad. Tapi dari seorang Muhan, yang tertawanya lebar. Tidak banyak anak yang bisa mengerti kondisi keluarga dan kakak-kakaknya. Banyak sepupuku yang lain yang tidak berfikir sederhana seperti Muhan. Ribut saja mereka bagaimana cara menghabiskan uang untuk kebutuhan mereka sendiri.

Aku harap kamu ga cepat  gede han! Mungkin pikiran sederhan ini hanya ada kalau kamu masih kecil. Ketika besar nanti, banyak sudah yang akan mempengaruhi keputusanmu. Bukan hanya sekedar main mercon lagi.

Selasa, 06 Agustus 2013

bukan karena golongan darah

postinganku tentang Mimpi menarik komentar beberapa orang. Ya sih bener, kalimatku bernada terlalu pesimis dengan menghakimi diri sendiri. padahal itulah menyebabkan banyak orang terjebak dengan keterbatasan. Nah, kalau maksudku dalam menjelaskan sifat golongan darah O bukan apa-apa koq. Sebagai golongan darah O, aku tidak berhak menggeneralisir orang dengan karakter yang aku miliki sekarang. karena memang yang membentuk karakter bukan golongan darah kan. 
karakter atau kepribadian tidak dibentuk oleh golongan darahnya, seseorang mengambil keputusan bukan karena golongan darahnya A,B, AB atau O. Memangnya kita tau golongan darah kita dulu sebelum kita mengambil keputusan? Apapun golongan darahnya, minumannya teh botol... eh.. maksudnya apapun golongan darahnya bisa jadi mereka mengambil keputusan yang sama atau sebaliknya mau golongan darahnya sama, bisa jadi mereka mengambil keputusan yang berbeda. 
nah, sekarang apa yang menyebabkan dua orang menyikapi suatu kejadian dengan respon yang berbeda? misalnya begini, dua bersaudara wanita muslim yang sudah baligh keluar rumah. kita namanyakan aja mereka sakura sama Ino. Si sakura memakai pakaian biasa baju dan celana, sedangkan si Ino memakai pakaian muslimah jilbab dan kerudung. padahal keduanya sama-sama muslim, kenapa mereka menanggapi satu kejadian yaitu keluar rumah dengan respon yang berbeda?

karena pemahamannya
Cakep! karena pemahaman keduanya berbeda. Terus apa yang membentuk pemahaman? bisa jadi saat sekolah Sakura suka bolos sampai dia ga dengar penjelasan gurunya tentang menutup aurat sedangkan Ino ternyata siswi yang rajin di Konoha. atau sebenarnya dua-duanya mendengarkan penjelasan gurunya tapi Sakura tidak benar-benar paham bahwa menutup aurat adalah kewajiban baginya dan dosa jika ditinggalkan.

see... jadi jangan heran, selalu ada konflik diantara manusia, sebab tingkat pemahaman mereka berbeda-beda, orang yang mereka temui, informasi yang mereka dapatkan, kemampuan pengindraan terhadap fakta juga berbeda-beda.

Nah, apa pesan dari tulisan ini. berhati-hatilah di Jalan... eh maksud saya berhati-hati dalam mempercayai informasi sebab dia salah satu hal yang akan mempengaruhi pemahamanmu. tapi disisi lain, cari informasi sebanyak yang kamu bisa, agar informasi yang kamu dapatkan tidak setengah-setengah dan kamu mampu untuk menyikapi sesuatu.

sekali lagi, bukan salah golongan darah kalau sampai sekarang kita belum move on!