Menarik bagi kita untuk mencermati fenomena hoax yang banyak
menyebar di dunia maya. Beberapa waktu lalu ada sebuah artikel yang membahas
tentang bagaimana beberapa kabar dunia yang telah lama disajikan di media cetak
dan elektronik dianggap sebagai hoax. Well, tidak salah memang. Tapi tidak
benar-benar dapat dipercaya sepenuhnya. Hoax sendiri dimaknai sebagai sebuah usaha yang dilakukan untuk
menipu dan mengabarkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi. Hoax juga
diartikan sebagai upaya untuk memprovokasi perubahan masyarakat dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sesuatu.
Menanggapi kembali artikel tentang hoax yang saya baca,
artikel tersebut menitikberatkan pada berita-berita hoax yang terkait dengan
fenomena keislaman, misalnya berita masuk Islamnya Pak Bin maksud saya Mr Bean,
berita ditemukannya belahan pada bulan, foto-foto kejadian pembantaian yang
dilakukan Budha Myanmar pada entitas Muslim Rohingya yang dianggap sebagai
tipuan dan masih banyak lagi berita lain yang dianggap sebagai tipuan semata
yang digunakan untuk kepentingan pihak tertentu. Hoax didalam Islam jelas hukumnya.
Salah satu dari tiga ciri-ciri orang munafik adalah mengatakan sesuatu yang
tidak ada faktanya alias bohong. JIka seperti ini, tidak dibenarkan seorang
muslim dengan dalih membela agamanya dan meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang suatu perkara untuk memanipulasi data dan mengabarkan berita yang tidak
benar. Jadi, Hoax merupakan perilaku buruk yang tidak didasarkan Islam dan
tidak ada hubungannya dengan Islam. Kaum musliminpun yang memberitakan Hoax
mestinya menarik akhlak buruk ini karena Allah jelas sangat membencinya.
So, saya setuju dengan beberapa berita yang menurut saya
tidak penting untuk diperdebatkan kebenarannya. Semisal masuk Islamnya seorang
tokoh, keajaiban kalimat lailahaillah, atau bulan yang terbelah atau tidak
kecuali hal-hal tersebut kita temui secara langsung dan kita mampu
memastikannya dengan panca indera kita. Toh untuk menancapkan kepercayaan kita
akan Allah masih banyak fakta yang dapat kita indera yang mengantarkan kita
pada kepercayaan tanpa keraguan hanya pada Allah Tuhan semesta Alam. Jikalau ditemukan
fakta-fakta yang membenarkan kebenaran Al-quran, itu adalah hal yang hendaknya
menguatkan azzam kita atas penghambaan kita pada Allah.
Lantas siapakah yang pantas kita percaya dalam mengkhabarkan
sebuah berita? Kebenaran sering kali tak mudah kita dapatkan. Bahkan media-media
besar tak luput dari “kekhilafan” mengabarkan kebohongan atau memotong-motong
berita dengan maksud menghilangkan arti yang sesungguhnya. Tanpa disadari,
media sangatlah berpengaruh terhadap jalan berpikir seseorang, mengarahkan
opini, menunjuk tersangka, dan meninggalkan penonton dengan kabar yang tidak
sempurna sehingga mereka dibiarkan berspekulasi dengan sepotong cerita itu
saja. Sama seperti sejarah, mediapun akan berpihak kepada siapa yang
menguasainya. Sangat mudah bila sang pemilik media memesan fakta macam apa yang
ingin ia tampilkan dilayar kaca. Sepuluh menit diskusi akan mampu mengubah
pembunuh menjadi malaikat paling berbudi luhur begitu pula sebaliknya.
Berita macam hoax ini, tak bolehlah membatasi kita dari
mencari tahu kebenaran. Tak boleh membuat kita berhenti percaya pada mereka
yang berusaha jujur mengabarkan. Tapi seharusnya fakta ini menyadarkan kita
bahwa media tak akan pernah netral. Akan selalu ada bumbu-bumbu dalam berita
bagi mereka yang punya kepentingan. Akan selalu ada oknum yang berusaha
mengganti berita dengan gossip kemudian mengabarkannya berkali-kali hingga tak
perlu dibuktikanpun secara otomatis lisan kita akan menjawab sesuai pesanan
mereka. Tapi tetap aja akan selalu ada mereka yang berusaha menyingkap tabir
kemunafikan dengan berita segar yang objektif meskipun bukan berarti netral. Kita
hanya perlu objektif kemudian percaya pada apa yang kita indera.