seorang teman pernah memberikan semacam materi motivasi untuk adik-adik kelas yang baru menginjak bangku perkuliahan...
"jadilah seperti lilin, yang paling tidak dengan sinarnya yang redup dapat menyinari malam yang kelam"
kenapa harus lilin kawan?
kenapa tidak kita impikan untuk menjadi spirtus, petromak, kompor, atau sekalian jadi PLN? kenapa kita selalu berfikiran "paling tidak"? kenapa tidak kita fikirkan untuk memberikan sebanyak yang bisa kita usahakan?
saya pernah sampai pada titik jenuh dan lalai dalam dakwah, lantaran kondisi halaqah yang simpang siur. seakan jiwa saya berlari tunggang langgang kehilangan lagi tujuan saya berbicara dan bernafas. saya pernah menjadikan dakwah hanya sebagai rutinitas berkala yang berkutat hanya dalam kegiatan halaqah saja. kepala saya sampai berat karena banyaknya tsaqafah yang mengendap dalam otak, hingga berat pula mulut saya untuk hanya sekedar berucap "sekarang saatnya sholat!". saya pernah rasakan itu, dan sungguh betapa pemahaman saya tidak berjalan searah dengan perangai. mengapa? karena saya telah disibukkan dengan hal bodoh semacam mengerjakan tugas yang terus saya tekuri padahal tugas itu pun tak selesai-selesai.
hingga sampai pada sebuah hentakkan didada ketika mendengar
“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kalian, wahai manusia, dan Dia mendatangkan umat
lain (sebagai pengganti kalian)”. (TQS.An-Nisa’: 133)
Bahwa Allah dengan sangat mudah akan memusnahkan saya jika tidak segera saya memantaskan diri untuk berdiri digarda terdepan perjuangan ini. Jika benar demikian, maka saya harus bersiap memperbaiki diri, mengambil schimitar dan menghampiri kuda perang atau saya harus siap dimakan ulat mati terhina karena tidak ada Khilafah dipundak saya.
ya, semua memang masalah pilihan kawan. jika tak ada pilihan maka tak akan ada surga dan neraka. menjadi PLN pun pilihan, kau mau berikan terang itu pada siapa saja? hanya meja belajarmu? kamarmu? rumahmu? atau kotamu. itu semua ditentukan sejauh mana dirimu menyiapkan sinar...
ya, semua memang masalah pilihan kawan. jika tak ada pilihan maka tak akan ada surga dan neraka. menjadi PLN pun pilihan, kau mau berikan terang itu pada siapa saja? hanya meja belajarmu? kamarmu? rumahmu? atau kotamu. itu semua ditentukan sejauh mana dirimu menyiapkan sinar...