Selamat datang diblo saya

Sabtu, 10 Agustus 2013

Kembali dari keimanan


Jalan panjang mengikis memori
Deru kendaraan mengantar rindu
Pada padang ilalang, bukit rerumputan
Tempat kolega yang kian jauh
Meninggalkan keramaian, membungkus kesepian
Takbir bertalu-talu, dan dunia masih mengaku
Kepada Tuhan yang satu, seolah harga dirinya bisu
Menghitung jam, manusia-manusia ini akan kembali kepada perangai aslinya
Saling menghujat dan berkhianat
Sebab Ramadhan hanya sebulan dan segitu sajalah mereka beriman
Bulan selanjutnya adalah milik mereka
Tak ada Tuhan, tak ada aturan

Hanya mereka dan dunia

Muhan Man (my Super hero)

Taulah rasanya lebaran tanpa keluarga? Padahal itu saat-saat kita berkumpul dan saling bercerita pengalaman masing-masing setahun yang lalu. Tahun ini dengan sangat menyesal, aku berlebaran di kampong orang. Tak kenal satu tetanggapun. Yah karena satu dan lain hal, jadwal pulang kampong tidak ada dalam skejul tahun ini. Madiun, itulah kota yang ku tempati selama 6 hari terakhir. Kota ini ramai sekali, Kendari tidak ada apa-apanya. Rumah yang aku tempatipun sangat nyaman dan mengingatkanku pada rumah nenekku di Ciamis sana, khas Jawa dengan tiang-tiang tinggi, lantai marmer dan jendela lebar transparan. Sayangnya, aku tidak punya teman wanita satupun disini. Aku berangkat dari mojokerto bersama dua orang sepupu dan kakakku. Mereka semua laki-laki. Sampai di Madiun pun semua keluarga adalah laki-laki tidak seorangpun perempuan. Dunia seperti daun kelor, sempit sekali. Alhasil 5 hari berlalu dan aku tidak menikmati apapun dengan berlibur disini.
Sampai malam tadi, semua keluarga berjalan-jalan di Alun-alun Madiun. Termasuk Muhan, anak lelaki kelas 3 SD yang menyadarkanku bahwa dialah lelaki yang selama ini aku cari. Asiikk… Ternyata dia anak yang sangat asik, dia mengajakku bermain sesuatu berbentuk baling-baling. Memberikan aku joke-joke yang sebenarnya tidak lucu, tapi karena dia yang bercerita, entahlah aku selalu ingin tertawa.
Ada cerita lucu tentang anak ini, puasa kemarin dia hanya bolong dua. Satunya disengaja, satunya tidak sengaja. Ketika mandi sore dimana sebentar lagi adzan magrib, dia merasakan rasa dahaga yang dasyat. Karena tak tahan haus, akhirnya sambil menyiramkan air ke tubuhnya dia membuka mulutnya dan meminum air itu. Ngakunya dia sih sedikit. Hehe. Dia juga suka melalukan hal-hal bodoh. Seperti terjatuh dari tempat tidur, mengenalkanku pada Pak BaraBanaBara. Entah itu siapa.
Ada kisah lain juga tentang anak ini. Dia adalah anak ke tiga dari 3 bersaudara. Pertama kakaknya setahun dibawahku sekarang sedang kuliah jurusan teknik sipil di salah satu universitas negeri di Surabaya. Anak kedua baru lulus SMA. Semua anak itu ganteng-ganteng. Hehe… dan sepenglihatanku mereka anak yang mandiri. Aku tidak tau ayah mereka kemana. Aku juga tak berani bertanya. Lebaran ini, Muhan mendapat banyak THR. Sambil bercanda aku menyarankan padanya untuk membawa semua uang itu ke alun-alun untuk dibelanjakan.
“di gowo ae han , neng alun-alun, iso tuku mercon” saranku padanya.
“emoh”
“lha terus duite arep mbok gawe opo?”
“nggawe tuku hapene masku” wihh…. Standing Applouse aku sama anak ini.
“masku kan gurung duwe hape mbak, hapene mas Iman yo di kasi ibu”
“saling ngasih gitu aa, han?”
“nggeh, masku yo tukuno ae, aku yo tukono ibu sandal” dalam hati aku bergumam, keren anak ini. Makaya ku jahilini terus.
Aku dapat pelajaran lagi hari ini. Bukan dari guru bukan dari ustad. Tapi dari seorang Muhan, yang tertawanya lebar. Tidak banyak anak yang bisa mengerti kondisi keluarga dan kakak-kakaknya. Banyak sepupuku yang lain yang tidak berfikir sederhana seperti Muhan. Ribut saja mereka bagaimana cara menghabiskan uang untuk kebutuhan mereka sendiri.

Aku harap kamu ga cepat  gede han! Mungkin pikiran sederhan ini hanya ada kalau kamu masih kecil. Ketika besar nanti, banyak sudah yang akan mempengaruhi keputusanmu. Bukan hanya sekedar main mercon lagi.

Selasa, 06 Agustus 2013

bukan karena golongan darah

postinganku tentang Mimpi menarik komentar beberapa orang. Ya sih bener, kalimatku bernada terlalu pesimis dengan menghakimi diri sendiri. padahal itulah menyebabkan banyak orang terjebak dengan keterbatasan. Nah, kalau maksudku dalam menjelaskan sifat golongan darah O bukan apa-apa koq. Sebagai golongan darah O, aku tidak berhak menggeneralisir orang dengan karakter yang aku miliki sekarang. karena memang yang membentuk karakter bukan golongan darah kan. 
karakter atau kepribadian tidak dibentuk oleh golongan darahnya, seseorang mengambil keputusan bukan karena golongan darahnya A,B, AB atau O. Memangnya kita tau golongan darah kita dulu sebelum kita mengambil keputusan? Apapun golongan darahnya, minumannya teh botol... eh.. maksudnya apapun golongan darahnya bisa jadi mereka mengambil keputusan yang sama atau sebaliknya mau golongan darahnya sama, bisa jadi mereka mengambil keputusan yang berbeda. 
nah, sekarang apa yang menyebabkan dua orang menyikapi suatu kejadian dengan respon yang berbeda? misalnya begini, dua bersaudara wanita muslim yang sudah baligh keluar rumah. kita namanyakan aja mereka sakura sama Ino. Si sakura memakai pakaian biasa baju dan celana, sedangkan si Ino memakai pakaian muslimah jilbab dan kerudung. padahal keduanya sama-sama muslim, kenapa mereka menanggapi satu kejadian yaitu keluar rumah dengan respon yang berbeda?

karena pemahamannya
Cakep! karena pemahaman keduanya berbeda. Terus apa yang membentuk pemahaman? bisa jadi saat sekolah Sakura suka bolos sampai dia ga dengar penjelasan gurunya tentang menutup aurat sedangkan Ino ternyata siswi yang rajin di Konoha. atau sebenarnya dua-duanya mendengarkan penjelasan gurunya tapi Sakura tidak benar-benar paham bahwa menutup aurat adalah kewajiban baginya dan dosa jika ditinggalkan.

see... jadi jangan heran, selalu ada konflik diantara manusia, sebab tingkat pemahaman mereka berbeda-beda, orang yang mereka temui, informasi yang mereka dapatkan, kemampuan pengindraan terhadap fakta juga berbeda-beda.

Nah, apa pesan dari tulisan ini. berhati-hatilah di Jalan... eh maksud saya berhati-hati dalam mempercayai informasi sebab dia salah satu hal yang akan mempengaruhi pemahamanmu. tapi disisi lain, cari informasi sebanyak yang kamu bisa, agar informasi yang kamu dapatkan tidak setengah-setengah dan kamu mampu untuk menyikapi sesuatu.

sekali lagi, bukan salah golongan darah kalau sampai sekarang kita belum move on!

Senin, 05 Agustus 2013

Yang menggerogoti Iman

Sore hari yang mendung, kemarin, ketika aku tergesa-gesa mendatangi majelis ilmu dengan pakaian beraroma tongkol, pasca membungkusi makanan untuk berbuka. sebagai pengangguran baru, tenagaku banyak membantu. mengapa begitu tergesa-gesa? bukan apa-apa, hanya merasa rugi ketika setiap penjelasan pemateri tidak bisa dicerna oleh otak pra pentiumku ini.

pemateri hari itu adalah Ust Hafidz Abdurrahman. setelah 30 menit duduk dalam forum, aku bergumam, tak salah aku berusaha cepat untuk sampai di TKP. materi yang dibawakan bukanlah hal baru untuk ku ketahui. perjalanan Rasulullah serta fase dakwah yang beliau lalui sudah menjadi kisah populer di memori otakku. tapi, penjelasan dari sisi yang berbeda, membuat hal lama yang telah diketahui menjadi baru dan segar untuk diceritakan. satu lagi, entah bagaimana menejemen neuron otak beliau dengan bisa sangat cepat menemukan kitab rujukan beserta pengarangnya. apa aku harus banyak-banyak makan pegagan?

pukul 9 malam, sesi dua dibuka. kelelahan saat siang membuat mataku merem melek, sementara otakku mati-menyala.
Iman adalah hal yang sirat, kadang tak sadar seseorang hingga imannya tiba-tiba hilang dan bahkan dia tak pernah sadar akan keberadaan imannya. inilah kebodohan. lantas apa yang membuat kebodohan macam ini terus ada?
pernah merasa sudah beramal maksimal?
pernah merasa cukup dengan segala ibadah?
hati-hati, karena setan sedang menggerogoti iman kita. banyak orang yang sibuk mencibir, membahas keburukan orang sana sini, sedangkan dirinya sendiri berakhir menyedihkan tak pernah bangkit. terlalu ramai menciderai lisannya sendiri. apa yang sedang ia cari? pengakuan? Ya, pengakuan bahwa dia bagian dari orang-orang "gampangan".

ada pula orang dengan dalil diatas, memilih diam. katanya karena diam itu emas. tak pernah sekalipun emas jatuh ketika aku diam. entah dari mana pepatah itu. bodoh itu kayak tong kosong, bicara saja tak mau mendengar. pengecut itu kayak TV rusak, tak ada bunyi padahal ilmuny segudang. pilih yang mana? menjadi bodoh atau pengecut?
Ya, itu bukan satu-satunya pilihan. kau bisa pilih menjadi manusia. bersedia mendengar dan berusaha menyampaikan. bukan hal yang aneh bukan, jika seseorang ingin menceritakan kisahnya? sebab manusia memang seperti itu. maka jagalah lisan dan abadikan yang kita dengar dengan tulisan.