Selamat datang diblo saya

Senin, 25 Maret 2013

rumah sakit jaman mbois

"Ayahku! Kau bertanya, apakah kau harus membawa uang untukku. Bila aku sudah sembuh dan keluar nanti, rumah sakit akan memberiku pakaian baru dan lima potong emas, sehingga aku tak harus langsung bekerja. Kau pun tak perlu menjual ternak kepada tetangga. Tapi hendaknya kau segera datang, jika kau masih ingin menemuiku di sini. Aku terbaring di bagian ortopedik, bersebelahan dengan saal operasi. Bila kau datang melalui pintu masuk utama, berjalanlah lurus melalui aula bagian selatan. Di situ ada poliklinik, tempat aku diperiksa pertama kali setelah aku terjatuh. Di sana setiap pasien baru akan diperiksa oleh para asisten dokter dan mahasiswa, dan jika seseorang dianggap tidak perlu dirawat-nginap, maka ia akan segera diberi resep obat, yang dapat ditukarkan di apotek rumah sakit. Setelah diperiksa di sana aku lalu didaftar, lalu diantar menemui dokter kepala rumah sakit. Seorang perawat memapahku masuk ke bangsal pria, memandikan tubuhku dan mengenakan pakain pasien yang bersih. Di sebelah kiri kau dapat melihat perpustakaan, dan ruang kuliah besar berada di belakangmu. Di situlah biasanya dokter kepala memberikan kuliah kepada mahasiswa. Gang di sebelah kiri beranda adalah jalan menuju bangsal wanita. Kau harus tetap mengambil jalan sebelah kanan, terus melewati bagian internis dan bagian bedah. Bila kebetulan terdengar alunan musik dan lagu-lagu dari salah satu kamar, cobalah tengok di dalamnya. Boleh jadi aku sudah berada di sana, di sebuah ruang khusus untuk para pasien yang sudah sembuh. Di situ kita dapat membaca buku-buku sambil menikmati alunan musik sebagai hiburan. Pagi tadi, ketika dokter kepala bersama para asisten dan perawat dalam kunjungan kelilingnya menjenguk dan memeriksaku, kepada dokter yang merawatku ia mengatakan sesuatu, yang tak aku pahami. Maka ia lalu menjelaskan kepadaku, bahwa besok pagi aku sudah boleh bangun dan meninggalkan rumah sakit. Keputusan yang sebenarnya belum aku inginkan.  Rasanya aku masih ingin tinggal di sini lebih lama lagi. Di sini semuanya begitu bersih dan terang. Tempat-tempat tidurnya empuk, sepreinya terbuat dari kain damas putih dan selimutnya lembut seperti beludru. Dalam setiap kamar tersedia aliran air, yang akan dihangatkan bila malam yang dingin tiba. Hampir tiap hari disuguhkan masakan daging unggas atau domba panggang, yang sangat cocok bagi kondisi perut para pasien. Pasien di sebelahku telah dengan sengaja selama seminggu pura-pura masih sakit, hanya agar ia masih bisa menikmati kelezatan gorengan ayam dalam beberapa hari lagi. Tapi dokter kepala mengetahui hal itu. Karena itu ia pun disuruh segera pulang. Namun untuk menunjukkan bahwa pasien itu sudah benar-benar pulih kesehatannya, ia masih dibolehkan sekali lagi menyantap hidangan roti keju dan ayam panggang.  Nah, ayah, datanglah, sebelum daging ayam terakhir untukku dipanggang!"
(surat salah satu pengelana didunia Islam)

ingat, yang diatas itu adalah surat yang datang kurang lebih 1000 tahun yang lalu bukan fasilitas rumah sakit jaman melenium kayak sekarang. logikanya, perkembangan teknologi ini akan searah dengan waktu bukan. tapi, pada faktanya, rumah sakit jaman baheula jauh lebih mbois daripada rumah sakit jaman ultramen kayak sekarang. cobalah tengok sesekali bangsal anak di Rumah sakit pemerintah terdekat. rumah sakit jadi semacam lingkaran setan, bukan karena banyak penampakannya, namun karena keluarga yang tadi ingin nambah pahala berkunjung pada saudara yang sakit akan menjadi target kuman selanjutnya. 

ingat kisah anak dera yang meninggal di pangkuan ayahnya karena di tolak 10 rumah sakit? saya semakin tak dapat membedakan yang mana sinetron yang mana kenyataan. terutama bagi tenaga kesehatan, semoga saja idealisme membantu sesama tidak luntur dimakan uang dan kesulitan hidup. ya, it's all about money. karena ini era kapitalistik, tak  heranlah ginjalmu akan dijual 1 atau 2 M untuk orang kaya yang kerjaannya minum minuman keras sampai ginjalnya enggan tetap berada ditubuhnya...

ayolah penggerak, dunia kini tak sama, dunia kini ladang pahala, ia meminta untuk diubah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar