Suatu peradaban lahir
sebagai produk sebuah ideologi atau paham yang diadopsi oleh masyarakat pada
zamannya. Ideologi ini yang akan membentuk pola pikir dan pola sikap masyarakat
sekaligus menjamin seberapa jauh peradaban itu akan bangkit dan eksis.
Peradaban yang maju ditandai dengan berbagai macam faktor, baik dari sisi
ekonomi, perkembangan teknologi informasi, kemajuan sektor pertanian dan dari
sisi kata dasar peradaban itu sendiri yaitu “adab” yakni dengan menilai seberadab
apa masyarakat yang hidup di era itu.
Dunia
telah melalui berbagai peradaban, entah itu sebentar saja atau hingga
berabad-abad lamanya dengan segala keunggulan dan keterbelakangannya. Tentu
kita mengenal peradaban yunani kuno, peradaban mesir kuno, peradaban Persia,
dan tentu saja peradaban Islam yang berdiri di atas ideologi Islam. Islam
sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah hadir sebagai paham yang mampu
mengakomodir kebutuhan jasmani dan naluri manusia. Kesempuranaan Islam mampu
melahirkan sebuah peradaban keemasan yang unggul dalam segala bidang, baik dari
sisi ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, kemajuan sektor
pertanian dan pengolahan sumber daya alam, dan pada waktu yang sama keberadaban
manusia dapat dibangkitkan oleh Islam dengan
melahirkan faqih fiddin yang menguasi ilmu agama.
Jika
ditanyakan, siapakah yang ada dibalik keberhasilan Islam dalam mendidik
anak-anak muslim untuk menjadi generasi emas? Dalam Islam pendidikan selalu
dimulai dari unit terkecil dalam sebuah masyarakat yaitu keluarga. Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang akan menjadi tempat calon pemimpin tumbuh dan
berkembang. Dalam hal ini, sosok yang berperan besar adalah ibu atau wanita.
Tidak ada peradaban di era manapun yang memposisikan wanita semulia dan
seterhormat Islam. Kemuliaan wanita di jamin dengan posisi terbaik yang tidak
hanya diharapkan di dunia tetapi juga di akhirat. Peran wanita yang utama
adalah sebagai ummu wa rabbatul bait,
ibu dan pengatur rumah tangga. Di mata para feminis dan genderis, peran itu terdengar
kampungan dan tidak elit, seakan-akan bahasa pengatur rumah tangga sama dengan
babu atau pekerja kasar yang aktivitasanya hanya berhubungan dengan kasur,
dapur, dan sumur. Wajar jika barat mengopinikan hal macam itu, sebab barat,
semaju apapun peradaban yang pernah mereka rasakan tidak pernah mampu
memposisikan wanita pada tempat yang ideal yang mampu memuaskan wanita,
sedangkan Islam menjanjikan wanita singgasana terbaik jika ia mampu mendidik
keluarganya dan mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki.
Wanita
di dalam Islam bukanlah seperti yang diopinikan oleh kaum feminis itu, dimana
dikatakan penuh dengan kebodohan dan penindasan. Didalam Islam, wanita
diwajibkan untuk pandai dan berilmu, sebab bagaimana bisa ia mendidik calon
pemimpin jika ia tidak berilmu. Anak-anaknya merupakan murid yang harus mampu
ia giring pada kebaikan dan tentu saja keberadaban, hingga mereka nantinya akan
lahir sebagai pribadi beriman, taat hanya kepada Allah, kuat pendiriannya,
pandai bergaul, cerdas, dan mempunyai kepedulian pada masyarakat. Inilah
generasi-generasi unggul yang siap memimpin bangkitnya peradaban gemilang
Islam.
Serangan ideologi
sekuler yang sedang membangun peradabannya saat ini telah meluluhlantakkan unit
keluarga. Masyarakat yang semakin terjauhkan dengan Islam berpandangan bahwa
wanita yang sukses adalah wanita yang mampu bekerja membantu keluarga dalam
mendapatkan penghasilan dan kehidupan yang ideal dari sisi keuangan. Peran
wanita di ranah publik seakan menjadi fardlu
yang akan mampu mengangkat derajat kehormatan keluarga di mata masyarakat.
Islam tidak pernah
membatasi profesi yang akan digeluti oleh wanita baik dalam bidang
kewirausahaan dan kelimuan. Toh kita melihat ummul mukminin Khadijah adalah seorang pedagang ternama dengan
aktivitas marketing yang sangat padat namun kita temui pula anak-anak beliau
menjadi pejuang-pejuang Islam yang namanya harum ditengah-tengah kaum muslimin.
Kitapun mengenal Maryam al Asturlabi, seorang wanita yang hidup pada masa
kekhilafahan bani umayyah, mampu menelurkan penemuan besar yang menjadi bakal
perkembangan teknologi abad 21 ini, namun ia pun wanita sholihah yang patuh
pada rambu-rambu syariah.
Herannya, umat saat ini
masih berkaca pada imperium barat yang bahkan hanya bisa berdiri diatas
kaki-kaki negeri-negeri muslim. Pasak-pasar yang mereka tanam sudah mulai
tumbang dan akan segera tercerabut. Umat masih berkaca pada ide persamaan
gender yang disuarakan para feminis yang mereka sendiri lahir dari keluarga broken home dan hidup dengan disorientasi
seksual. Tak pernah ada bukti ide gender berhasil menyelesaikan permasalahan
perempuan, yang terjadi justru sebaliknya. Ide gender melemparkan wanita
ditempat terendah sebagai mesin pencetak uang dan tiang-tiang ekonomi dunia.
Allah
adalah sebaik-baik pemelihara, Ia menjelaskan rambu-rambu manusia dengan penuh
kasih sayang dan kepedulian. Tak tega sesungguhnya Ia melepaskan manusia dengan
akal terbatas yang mereka miliki. Oleh karenanya, Allah meletakkan cahaya
ditiap jalan agar manusia mampu melihatnya dan mengikuti arahnya. Peran
wanitapun demikian, pilihannyalah apakah ingin mulia dengan Islam atau hina
tanpanya. Dengan patuh pada aturanNya, niscaya generasi emas akan lahir dari
rahim-rahim wanita kaum muslimin. Wallahu a’lam