Selamat datang diblo saya

Senin, 27 Mei 2013

Generasi Emas dari Rahim Wanita


     Suatu peradaban lahir sebagai produk sebuah ideologi atau paham yang diadopsi oleh masyarakat pada zamannya. Ideologi ini yang akan membentuk pola pikir dan pola sikap masyarakat sekaligus menjamin seberapa jauh peradaban itu akan bangkit dan eksis. Peradaban yang maju ditandai dengan berbagai macam faktor, baik dari sisi ekonomi, perkembangan teknologi informasi, kemajuan sektor pertanian dan dari sisi kata dasar peradaban itu sendiri yaitu “adab” yakni dengan menilai seberadab apa masyarakat yang hidup di era itu.
            Dunia telah melalui berbagai peradaban, entah itu sebentar saja atau hingga berabad-abad lamanya dengan segala keunggulan dan keterbelakangannya. Tentu kita mengenal peradaban yunani kuno, peradaban mesir kuno, peradaban Persia, dan tentu saja peradaban Islam yang berdiri di atas ideologi Islam. Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah hadir sebagai paham yang mampu mengakomodir kebutuhan jasmani dan naluri manusia. Kesempuranaan Islam mampu melahirkan sebuah peradaban keemasan yang unggul dalam segala bidang, baik dari sisi ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, kemajuan sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam, dan pada waktu yang sama keberadaban manusia dapat dibangkitkan oleh Islam dengan  melahirkan faqih fiddin yang menguasi ilmu agama.
            Jika ditanyakan, siapakah yang ada dibalik keberhasilan Islam dalam mendidik anak-anak muslim untuk menjadi generasi emas? Dalam Islam pendidikan selalu dimulai dari unit terkecil dalam sebuah masyarakat yaitu keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan menjadi tempat calon pemimpin tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini, sosok yang berperan besar adalah ibu atau wanita. Tidak ada peradaban di era manapun yang memposisikan wanita semulia dan seterhormat Islam. Kemuliaan wanita di jamin dengan posisi terbaik yang tidak hanya diharapkan di dunia tetapi juga di akhirat. Peran wanita yang utama adalah sebagai ummu wa rabbatul bait, ibu dan pengatur rumah tangga. Di mata para feminis dan genderis, peran itu terdengar kampungan dan tidak elit, seakan-akan bahasa pengatur rumah tangga sama dengan babu atau pekerja kasar yang aktivitasanya hanya berhubungan dengan kasur, dapur, dan sumur. Wajar jika barat mengopinikan hal macam itu, sebab barat, semaju apapun peradaban yang pernah mereka rasakan tidak pernah mampu memposisikan wanita pada tempat yang ideal yang mampu memuaskan wanita, sedangkan Islam menjanjikan wanita singgasana terbaik jika ia mampu mendidik keluarganya dan mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki.
            Wanita di dalam Islam bukanlah seperti yang diopinikan oleh kaum feminis itu, dimana dikatakan penuh dengan kebodohan dan penindasan. Didalam Islam, wanita diwajibkan untuk pandai dan berilmu, sebab bagaimana bisa ia mendidik calon pemimpin jika ia tidak berilmu. Anak-anaknya merupakan murid yang harus mampu ia giring pada kebaikan dan tentu saja keberadaban, hingga mereka nantinya akan lahir sebagai pribadi beriman, taat hanya kepada Allah, kuat pendiriannya, pandai bergaul, cerdas, dan mempunyai kepedulian pada masyarakat. Inilah generasi-generasi unggul yang siap memimpin bangkitnya peradaban gemilang Islam.
Serangan ideologi sekuler yang sedang membangun peradabannya saat ini telah meluluhlantakkan unit keluarga. Masyarakat yang semakin terjauhkan dengan Islam berpandangan bahwa wanita yang sukses adalah wanita yang mampu bekerja membantu keluarga dalam mendapatkan penghasilan dan kehidupan yang ideal dari sisi keuangan. Peran wanita di ranah publik seakan menjadi fardlu yang akan mampu mengangkat derajat kehormatan keluarga di mata masyarakat.
Islam tidak pernah membatasi profesi yang akan digeluti oleh wanita baik dalam bidang kewirausahaan dan kelimuan. Toh kita melihat ummul mukminin Khadijah adalah seorang pedagang ternama dengan aktivitas marketing yang sangat padat namun kita temui pula anak-anak beliau menjadi pejuang-pejuang Islam yang namanya harum ditengah-tengah kaum muslimin. Kitapun mengenal Maryam al Asturlabi, seorang wanita yang hidup pada masa kekhilafahan bani umayyah, mampu menelurkan penemuan besar yang menjadi bakal perkembangan teknologi abad 21 ini, namun ia pun wanita sholihah yang patuh pada rambu-rambu syariah.
Herannya, umat saat ini masih berkaca pada imperium barat yang bahkan hanya bisa berdiri diatas kaki-kaki negeri-negeri muslim. Pasak-pasar yang mereka tanam sudah mulai tumbang dan akan segera tercerabut. Umat masih berkaca pada ide persamaan gender yang disuarakan para feminis yang mereka sendiri lahir dari keluarga broken home dan hidup dengan disorientasi seksual. Tak pernah ada bukti ide gender berhasil menyelesaikan permasalahan perempuan, yang terjadi justru sebaliknya. Ide gender melemparkan wanita ditempat terendah sebagai mesin pencetak uang dan tiang-tiang ekonomi dunia.
            Allah adalah sebaik-baik pemelihara, Ia menjelaskan rambu-rambu manusia dengan penuh kasih sayang dan kepedulian. Tak tega sesungguhnya Ia melepaskan manusia dengan akal terbatas yang mereka miliki. Oleh karenanya, Allah meletakkan cahaya ditiap jalan agar manusia mampu melihatnya dan mengikuti arahnya. Peran wanitapun demikian, pilihannyalah apakah ingin mulia dengan Islam atau hina tanpanya. Dengan patuh pada aturanNya, niscaya generasi emas akan lahir dari rahim-rahim wanita kaum muslimin. Wallahu a’lam