Selamat datang diblo saya

Minggu, 06 Oktober 2013

Mempercayai media?

Menarik bagi kita untuk mencermati fenomena hoax yang banyak menyebar di dunia maya. Beberapa waktu lalu ada sebuah artikel yang membahas tentang bagaimana beberapa kabar dunia yang telah lama disajikan di media cetak dan elektronik dianggap sebagai hoax. Well, tidak salah memang. Tapi tidak benar-benar dapat dipercaya sepenuhnya. Hoax sendiri dimaknai  sebagai sebuah usaha yang dilakukan untuk menipu dan mengabarkan hal-hal yang tidak benar-benar terjadi. Hoax juga diartikan sebagai upaya untuk memprovokasi perubahan masyarakat dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sesuatu.

Menanggapi kembali artikel tentang hoax yang saya baca, artikel tersebut menitikberatkan pada berita-berita hoax yang terkait dengan fenomena keislaman, misalnya berita masuk Islamnya Pak Bin maksud saya Mr Bean, berita ditemukannya belahan pada bulan, foto-foto kejadian pembantaian yang dilakukan Budha Myanmar pada entitas Muslim Rohingya yang dianggap sebagai tipuan dan masih banyak lagi berita lain yang dianggap sebagai tipuan semata yang digunakan untuk kepentingan pihak tertentu. Hoax didalam Islam jelas hukumnya. Salah satu dari tiga ciri-ciri orang munafik adalah mengatakan sesuatu yang tidak ada faktanya alias bohong. JIka seperti ini, tidak dibenarkan seorang muslim dengan dalih membela agamanya dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang suatu perkara untuk memanipulasi data dan mengabarkan berita yang tidak benar. Jadi, Hoax merupakan perilaku buruk yang tidak didasarkan Islam dan tidak ada hubungannya dengan Islam. Kaum musliminpun yang memberitakan Hoax mestinya menarik akhlak buruk ini karena Allah jelas sangat membencinya.

So, saya setuju dengan beberapa berita yang menurut saya tidak penting untuk diperdebatkan kebenarannya. Semisal masuk Islamnya seorang tokoh, keajaiban kalimat lailahaillah, atau bulan yang terbelah atau tidak kecuali hal-hal tersebut kita temui secara langsung dan kita mampu memastikannya dengan panca indera kita. Toh untuk menancapkan kepercayaan kita akan Allah masih banyak fakta yang dapat kita indera yang mengantarkan kita pada kepercayaan tanpa keraguan hanya pada Allah Tuhan semesta Alam. Jikalau ditemukan fakta-fakta yang membenarkan kebenaran Al-quran, itu adalah hal yang hendaknya menguatkan azzam kita atas penghambaan kita pada Allah.

Lantas siapakah yang pantas kita percaya dalam mengkhabarkan sebuah berita? Kebenaran sering kali tak mudah kita dapatkan. Bahkan media-media besar tak luput dari “kekhilafan” mengabarkan kebohongan atau memotong-motong berita dengan maksud menghilangkan arti yang sesungguhnya. Tanpa disadari, media sangatlah berpengaruh terhadap jalan berpikir seseorang, mengarahkan opini, menunjuk tersangka, dan meninggalkan penonton dengan kabar yang tidak sempurna sehingga mereka dibiarkan berspekulasi dengan sepotong cerita itu saja. Sama seperti sejarah, mediapun akan berpihak kepada siapa yang menguasainya. Sangat mudah bila sang pemilik media memesan fakta macam apa yang ingin ia tampilkan dilayar kaca. Sepuluh menit diskusi akan mampu mengubah pembunuh menjadi malaikat paling berbudi luhur begitu pula sebaliknya.


Berita macam hoax ini, tak bolehlah membatasi kita dari mencari tahu kebenaran. Tak boleh membuat kita berhenti percaya pada mereka yang berusaha jujur mengabarkan. Tapi seharusnya fakta ini menyadarkan kita bahwa media tak akan pernah netral. Akan selalu ada bumbu-bumbu dalam berita bagi mereka yang punya kepentingan. Akan selalu ada oknum yang berusaha mengganti berita dengan gossip kemudian mengabarkannya berkali-kali hingga tak perlu dibuktikanpun secara otomatis lisan kita akan menjawab sesuai pesanan mereka. Tapi tetap aja akan selalu ada mereka yang berusaha menyingkap tabir kemunafikan dengan berita segar yang objektif meskipun bukan berarti netral. Kita hanya perlu objektif kemudian percaya pada apa yang kita indera.

Kamis, 19 September 2013

mahasiswa bangkit part 2

kawan mungkin pernah mendengar sebuah kisah tentang pencarian Tuhan disebuah kelas. suatu waktu, dosen atau guru sebuah kelas memberikan penjelasan tentang logika mencari tuhan. sang gurupun bertanya pada muridnya. 
"apakah kalian bisa melihat Tuhan?" murid-murid hanya terdiam
"apa kalian bisa mendengar suara Tuhan?" kembali para murid terdiam
"nah, itulah buktinya bahwa Tuhan tidak ada"
seketika para siswa mengerutkan dahi, ada yang termenung, ada yang diam diam mengangguk, ada pula yang semakin yakin dengan prinsipnya. tiba-tiba seorang siswa berdiri dan memberikan argumen serupa dengan sang guru.
"teman-teman, apkah kalian bisa melihat otak pak guru?" teman-temannya menggeleng, beberapa mengatakan tidak.
"apakah kalian bisa memegang dan menyentuh otak pak guru?" serentak mereka mengatakan tidak.
"nah, itu bisa berarti bahwa otak pak guru tidak ada" para murid ikut tertawa mendengar pernyataan terakhir.

begitulah kira-kira, kisah kecil yang memberikan kita gambaran sederhana tentang pencarian Tuhan. masih perlu contoh lagi? baiklah. ada sebuah kisah dari seorang Arab Badui yang suatu ketika ditanyakan padanya. "dari mana engkau mengetahui keberadaan Allah?". Si arab badui kemudian menjawab dengan mantap. 
"SubhanAllāh! kotoran unta itu menunjukkan adanya unta. Tapak-tapak kaki itu menunjukkan ada orang yang berjalan. Langit-langit yang mempunyai gugusan bintang, gunung-gunung yang mempunyai lembah, lautan dengan ombak-ombak yang berdeburan, tidakkah ini menunjukkan adanya Allāh yang Maha Mengetahui?” (Tafsir Ibnu Katsir surat Al Baqarah 21-22).
logika sederhana yang akhirnya bisa mengantarkan kita pada kenyataan bahwa Tuhan pasti ada. terlebih kamu, mahasiswa. logika macam ini pastilah tidak sebanding dengan kekauatan berfikir yang kamu luangkan untuk PKM kan?. jadi jangan lagi menjadi manusia zaman batu yang menganut kepercayaan karena mimpi, tertolong ular, matahari atau batu, atau karena mendengar suara-suara yang merupakan ciri khas suatu agama. kalau beragama menjadi sesederhana itu, banyak orang yang sudah menghamba pada Hannnah montana. kau bisa bayangkan berapa banyak fans dia di dunia.

Nah, sekarang kenyataan bahwa kamu punya Tuhan adalah sebuah kenyataan pahit. kenapa? karena artinya ada yang mengaturmu, ada yang memberikanmu misi berada dibumi ini, bukan hanya sekedar menambah polusi. terus yang jadi pertanyaan sekarang, Apa yang diinginkan TUhan atas keberadaan kita di muka bumi. kepada siapa kita harus bertanya. tentu saja kepada sumber terpercaya yang Tuhan turunkan pada manusia. Dari hal ini kita bisa melihat bahwa agama-agama yang ada didunia memiliki kitab yang diakui sebagai benda yang memuat kalimat TUhan dengan segala petunjuk kehidupan. tapi kamu masih bingung sumber yang mana yang bisa dipercaya? lakukan saja uji autentik. semacam tes yang akan menunjukkan kitab mana yang benar-benar dikirim oleh TUhan.

kumpulkanlah kitab-kitab itu, tanyakan pada kitab itu apa yang membuat kita harus percaya padanya. Al-quran yang diberikan kepada Nabi SAW sudah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanmu bahkan sebelum kamu terpikirkan untuk bertanya. tanyakanlah! 
"duhai alquran apa yang membuat aku harus percaya padamu?"
"inilah kitab itu, yang tidak ada keraguan didalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa" Al-baqarah:2
"bisa saja, kau adalah karangan orang-orang arab di zaman unta?"
"katakanlah: (kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya" (TQS. Yunus:38)
"lha... jangan saya dong. oke, kalau begitu bisa saja kamu buatan muhammad, kan?"
"(dan) sesungguhnya kami mengetahui mereka berkata: bahwasanya al quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (muhammad). padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan bahwasanya Muhammad belajar kepadanya adalah bahasa ajami (non arab), sedangkan Alquran itu dalam bahasa arab yang jelas" QS. An nahl:103
“ooo ya sudah, oke. Oke. Tapi belum tentu isinya benar semuakan?”
“maka apakah mereka tidak memperhatikan Al quran? Kalau kiranya al quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak didalamnya”
“eh… saya belum baca semua lembaranmu”
Yah,,, tidak perlu dijawab sama Al-quran kan? Maka pelajarilah Alquran, semakin banyak kamu tahu, semakin bisa kamu beripikir objektif membandingkan apa yang disampaikan Alquran adalah kebenaran semata. Jika memang kamu sudah sepakat bahwa Alquran adalah kitab yang diturunkan oleh Tuhan, maka sekarang silahkan bertanya, siapa Tuhanmu dan apa tujuan hidupmu?.
“jadi Tuhanku siapa?”
“sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah dan tidak ada tuhan selain dia. Maka sembahlah dia” 20:14
“Jadi Tuhanku adalah Allah?” untuk apa engkau menciptakanku?”

Inilah yang dalam sinetron-sinetron disebut sebagai titik klimaks. Jawaban dari Pertanyaan inilah yang akan mendampingimu sepanjang hidup. Seperti tiket kereta, jawaban ini adalah tiketmu lanjut keperjalanan selanjutnya. Tak masalah selika-liku apa jalan hidupmu, asal kau tahu kemana tujuan akhir dari perjalanan ini. Yang susah, jika kau tak paham kemana tujuan dari perjalanan panjangmu ini, kau tak tahu dengan apa kau menuju kesana, terlebih lagi jika kau tak punya modal untuk menuju kesana. 

Sabtu, 31 Agustus 2013

Mahasiswa baru, Bangkit!

kini kita mulai berbicara lagi tentang mahasiswa. sebagai refleksi diri dan penjelajahan jati diri bagi para mahasiswa baru yang sebentar lagi mengalami ospek atau bahkan sudah selesai ospek. sebagai mahasiswa lama yang pernah muda, dimataku kuliah adalah satu noktah yang melanjutkan noktah sebelumnya sebelum akhirnya ditarik sebuah garis. yah, meskipun tidak semuanya sama ada mahasiswa yang menjalani kuliah sebagai titik yang sama dengan sebelumnya warna tintanya sama digores dengan pena yang sama. tak heran jika noktah itu tak memberikan irama baru dalam perjalanan hidupnya. namun ada pula, mahasiswa yang menjadikan kuliah sebagai titik balik dalam hidupnya. ibarat bumerang yang telah dilembar, datang kalanya ia berbalik menuju sang pemilik. inilah yang selanjutnya ingin ku sebut dengan bangkit.

suatu ketika, ketika aku memanggil kawanku dari tidurnya dengan kata "bangun" dia masih akan menggosok-gosok hidungnya tanpa sedikitpun berpindah dari posisi awal. namun cobalah untuk memanggilnya dengan kata "bangkitlah". dia akan melotot dan bergumam "kau kira aku zombi, bangkit dari kubur". Yah, bukan itu poinnya, namun bangkit adalah berpindahnya posisi seseorang dari posisi duduk ke posisi berdiri, atau dari posisi berdiri ke posisi lari. problemnya, tidak semua orang tau makna bangkit, dan tidak semua orang mau untuk bangkit.

Jamil Azzaini menjelaskan dalam buku MOVE ON, singkatnya begini, semua orang butuh untuk move on. kalaupun kamu saat ini merasa aman dan baik-baiknya, -disamping mungkin ada yang salah dengan dirimu- tetap saja semua orang butuh untuk move on. sebab, kamu tumbuh menjadi dewasa, orang tuamu juga tumbuh menjadi tua, adikmu menjadi remaja, rumah kayumu menjadi rapuh. semuanya berubah, dan semua perubahan itu membutuhkan sikap dan perbaikan. Lantas apa solusinya? MOVE ON. Bangkitlah!

Balik ke topik utama, kini kamu sudah mahasiswa. tak lagi kamu dibekalin nasi goreng dari rumah. tak lagi kamu dikejar-kejar karena lupa minum susu. tak lagi kamu dijagai siang malam oleh ibumu. sekali lagi, perubahan yang menuntutmu untuk berubah. status dan umurmu yang menuntutmu untuk bangkit. bagaimana agar kamu bisa bangkit? tidak lain dengan mengetahui apa tujuan hidupmu. sebagian dari kamu mungkin menganggap ini sebagai pertanyaan klise. kemudian kamu menuliskan motto hidupmu dengan kata-kata yang mbois bin keren . namun faktanya, kamu tidak juga bergerak sesuai dengan motto hidupmu itu. ini permasalahannya. motto hidup bukan hanya kalimat keren yang kamu tuliskan dalam formulir open recruitment kepanitiaan atau lembaga. bukan kawan. motto hidup adalah lenteramu dalam menemukan jalan hidupmu. jadi jawablah dengan segenap jiwamu pertanyaan itu. untuk apa gerangan kau hidup di bumi ini? menambah polusi sajakah?

alkisah terdapat percakapan mahasiswa baru dengan seorang pria yang bertanya tentang tujuan hidup
"apa tujuan hidupmu wahai anak muda?" 
"tujuan hidupku adalah ingin menjadi anak yang berbakti bagi nusa dan bangsa, membahagiakan orang tua, bermanfaat bagi orang lain.
"kenapa kamu ingin berbakti bagi nusa dan bangsa, membahagiakan orang tua, bermanfaat bagi orang lain?"
"karena ini bangsa dan nusaku, karena mereka orang tuaku yang menjagaku sejak kecil, karena.. yaa begitulah"
"jika ini bukan negerimu, jika mereka bukan orang tuamu, jika kau tak dapat bermanfaat bagi orang lain?"
"bisa kau tanyakan pada orang lain? aku lelah"

dan perbincangan dengan mahasiswa baru ini berakhir karena ia lelah berpikir, bahkan untuk hidupnya sendiri. sepatutnya, ada pertanyaan yang harusnya lebih krusial untuk dijawab. siapa yang menjadikanmu bagian dari negeri ini, siapa yang memberikanmu orang tua, siapa yang membuatmu bisa berguna, dan SIAPA YANG TAU UNTUK APA KAU HIDUP.

tak terpikirkan?
ya, kaukan terlalu lelah untuk berpikir.
tapi cobalah jawab

jika dia bukan matahari, dia bukan bulan, dia bukan gunung, dan dia bukan hutan. Siapakah Dia yang tak pernah tidur, tak akan hilang karena terang, tak akan padam karena gelap? Maka kau akan temukan, Dia adalah Tuhan semesta alam. Allah yang Maha Kasih. 
akan jadi masalah lagi, jika pada Allahpun kau tak kenal. Maka kenalilah Tuhanmu. bukan hanya karena tak kenal maka tak sayang, tapi karena tak kenal maka tak maluuukah kita hidup dibumi-Nya?. 

Kamis, 15 Agustus 2013

Pemuda matahari

Kami pulang, dengan otak utuh dan wajah kusam
Rindu rumah dan sawah. Rindu emak dan bapak
Tapi kami bukan kami, anak ingusan yang blingsatan terkena air
Kami mahasiswa bawa sekarung goni berita baru, tentang dewa yang selama ini di puja
Bahwa ia tak pernah ada, melainkan dusta dan nestapa
Bahwa anakmu telah bangkit dari jajahan
Mengajakmu balik pada fitrah, kembali menghajar kejahiliahan
Tapi emak, begitu susah menyusur gua hatimu. Terlalu dalam dan gelap
Apa yang hendak kami perbuat, jika layar sudah terlanjur digelar?

Aku rindu ramai sepatu di lantai marmer, menjajakan ide tak kenal malu
Hai adikku, apa kabar kau di sana?
Apa emakmu bergaung tiap jam? Atau siut tiba-tiba?
Segeralah kembali, bersama para pemuda matahari
Tak kenal sepi, ramai dia kembali
Kalau dunia tak kau lihat lagi, biarkan matahari menjadi saksi
Pada emak dan bapak nanti
“gadis muda yang pernah hidup dibawah atapmu, telah mandi ditaman-taman surga, hendak ikutkah kau?”
Dan emak memutar jarum-jarum jam, sambil bercucuran air matanya.

“saya hendak kembali pulang” lirihnya

Sabtu, 10 Agustus 2013

Kembali dari keimanan


Jalan panjang mengikis memori
Deru kendaraan mengantar rindu
Pada padang ilalang, bukit rerumputan
Tempat kolega yang kian jauh
Meninggalkan keramaian, membungkus kesepian
Takbir bertalu-talu, dan dunia masih mengaku
Kepada Tuhan yang satu, seolah harga dirinya bisu
Menghitung jam, manusia-manusia ini akan kembali kepada perangai aslinya
Saling menghujat dan berkhianat
Sebab Ramadhan hanya sebulan dan segitu sajalah mereka beriman
Bulan selanjutnya adalah milik mereka
Tak ada Tuhan, tak ada aturan

Hanya mereka dan dunia

Muhan Man (my Super hero)

Taulah rasanya lebaran tanpa keluarga? Padahal itu saat-saat kita berkumpul dan saling bercerita pengalaman masing-masing setahun yang lalu. Tahun ini dengan sangat menyesal, aku berlebaran di kampong orang. Tak kenal satu tetanggapun. Yah karena satu dan lain hal, jadwal pulang kampong tidak ada dalam skejul tahun ini. Madiun, itulah kota yang ku tempati selama 6 hari terakhir. Kota ini ramai sekali, Kendari tidak ada apa-apanya. Rumah yang aku tempatipun sangat nyaman dan mengingatkanku pada rumah nenekku di Ciamis sana, khas Jawa dengan tiang-tiang tinggi, lantai marmer dan jendela lebar transparan. Sayangnya, aku tidak punya teman wanita satupun disini. Aku berangkat dari mojokerto bersama dua orang sepupu dan kakakku. Mereka semua laki-laki. Sampai di Madiun pun semua keluarga adalah laki-laki tidak seorangpun perempuan. Dunia seperti daun kelor, sempit sekali. Alhasil 5 hari berlalu dan aku tidak menikmati apapun dengan berlibur disini.
Sampai malam tadi, semua keluarga berjalan-jalan di Alun-alun Madiun. Termasuk Muhan, anak lelaki kelas 3 SD yang menyadarkanku bahwa dialah lelaki yang selama ini aku cari. Asiikk… Ternyata dia anak yang sangat asik, dia mengajakku bermain sesuatu berbentuk baling-baling. Memberikan aku joke-joke yang sebenarnya tidak lucu, tapi karena dia yang bercerita, entahlah aku selalu ingin tertawa.
Ada cerita lucu tentang anak ini, puasa kemarin dia hanya bolong dua. Satunya disengaja, satunya tidak sengaja. Ketika mandi sore dimana sebentar lagi adzan magrib, dia merasakan rasa dahaga yang dasyat. Karena tak tahan haus, akhirnya sambil menyiramkan air ke tubuhnya dia membuka mulutnya dan meminum air itu. Ngakunya dia sih sedikit. Hehe. Dia juga suka melalukan hal-hal bodoh. Seperti terjatuh dari tempat tidur, mengenalkanku pada Pak BaraBanaBara. Entah itu siapa.
Ada kisah lain juga tentang anak ini. Dia adalah anak ke tiga dari 3 bersaudara. Pertama kakaknya setahun dibawahku sekarang sedang kuliah jurusan teknik sipil di salah satu universitas negeri di Surabaya. Anak kedua baru lulus SMA. Semua anak itu ganteng-ganteng. Hehe… dan sepenglihatanku mereka anak yang mandiri. Aku tidak tau ayah mereka kemana. Aku juga tak berani bertanya. Lebaran ini, Muhan mendapat banyak THR. Sambil bercanda aku menyarankan padanya untuk membawa semua uang itu ke alun-alun untuk dibelanjakan.
“di gowo ae han , neng alun-alun, iso tuku mercon” saranku padanya.
“emoh”
“lha terus duite arep mbok gawe opo?”
“nggawe tuku hapene masku” wihh…. Standing Applouse aku sama anak ini.
“masku kan gurung duwe hape mbak, hapene mas Iman yo di kasi ibu”
“saling ngasih gitu aa, han?”
“nggeh, masku yo tukuno ae, aku yo tukono ibu sandal” dalam hati aku bergumam, keren anak ini. Makaya ku jahilini terus.
Aku dapat pelajaran lagi hari ini. Bukan dari guru bukan dari ustad. Tapi dari seorang Muhan, yang tertawanya lebar. Tidak banyak anak yang bisa mengerti kondisi keluarga dan kakak-kakaknya. Banyak sepupuku yang lain yang tidak berfikir sederhana seperti Muhan. Ribut saja mereka bagaimana cara menghabiskan uang untuk kebutuhan mereka sendiri.

Aku harap kamu ga cepat  gede han! Mungkin pikiran sederhan ini hanya ada kalau kamu masih kecil. Ketika besar nanti, banyak sudah yang akan mempengaruhi keputusanmu. Bukan hanya sekedar main mercon lagi.

Selasa, 06 Agustus 2013

bukan karena golongan darah

postinganku tentang Mimpi menarik komentar beberapa orang. Ya sih bener, kalimatku bernada terlalu pesimis dengan menghakimi diri sendiri. padahal itulah menyebabkan banyak orang terjebak dengan keterbatasan. Nah, kalau maksudku dalam menjelaskan sifat golongan darah O bukan apa-apa koq. Sebagai golongan darah O, aku tidak berhak menggeneralisir orang dengan karakter yang aku miliki sekarang. karena memang yang membentuk karakter bukan golongan darah kan. 
karakter atau kepribadian tidak dibentuk oleh golongan darahnya, seseorang mengambil keputusan bukan karena golongan darahnya A,B, AB atau O. Memangnya kita tau golongan darah kita dulu sebelum kita mengambil keputusan? Apapun golongan darahnya, minumannya teh botol... eh.. maksudnya apapun golongan darahnya bisa jadi mereka mengambil keputusan yang sama atau sebaliknya mau golongan darahnya sama, bisa jadi mereka mengambil keputusan yang berbeda. 
nah, sekarang apa yang menyebabkan dua orang menyikapi suatu kejadian dengan respon yang berbeda? misalnya begini, dua bersaudara wanita muslim yang sudah baligh keluar rumah. kita namanyakan aja mereka sakura sama Ino. Si sakura memakai pakaian biasa baju dan celana, sedangkan si Ino memakai pakaian muslimah jilbab dan kerudung. padahal keduanya sama-sama muslim, kenapa mereka menanggapi satu kejadian yaitu keluar rumah dengan respon yang berbeda?

karena pemahamannya
Cakep! karena pemahaman keduanya berbeda. Terus apa yang membentuk pemahaman? bisa jadi saat sekolah Sakura suka bolos sampai dia ga dengar penjelasan gurunya tentang menutup aurat sedangkan Ino ternyata siswi yang rajin di Konoha. atau sebenarnya dua-duanya mendengarkan penjelasan gurunya tapi Sakura tidak benar-benar paham bahwa menutup aurat adalah kewajiban baginya dan dosa jika ditinggalkan.

see... jadi jangan heran, selalu ada konflik diantara manusia, sebab tingkat pemahaman mereka berbeda-beda, orang yang mereka temui, informasi yang mereka dapatkan, kemampuan pengindraan terhadap fakta juga berbeda-beda.

Nah, apa pesan dari tulisan ini. berhati-hatilah di Jalan... eh maksud saya berhati-hati dalam mempercayai informasi sebab dia salah satu hal yang akan mempengaruhi pemahamanmu. tapi disisi lain, cari informasi sebanyak yang kamu bisa, agar informasi yang kamu dapatkan tidak setengah-setengah dan kamu mampu untuk menyikapi sesuatu.

sekali lagi, bukan salah golongan darah kalau sampai sekarang kita belum move on!

Senin, 05 Agustus 2013

Yang menggerogoti Iman

Sore hari yang mendung, kemarin, ketika aku tergesa-gesa mendatangi majelis ilmu dengan pakaian beraroma tongkol, pasca membungkusi makanan untuk berbuka. sebagai pengangguran baru, tenagaku banyak membantu. mengapa begitu tergesa-gesa? bukan apa-apa, hanya merasa rugi ketika setiap penjelasan pemateri tidak bisa dicerna oleh otak pra pentiumku ini.

pemateri hari itu adalah Ust Hafidz Abdurrahman. setelah 30 menit duduk dalam forum, aku bergumam, tak salah aku berusaha cepat untuk sampai di TKP. materi yang dibawakan bukanlah hal baru untuk ku ketahui. perjalanan Rasulullah serta fase dakwah yang beliau lalui sudah menjadi kisah populer di memori otakku. tapi, penjelasan dari sisi yang berbeda, membuat hal lama yang telah diketahui menjadi baru dan segar untuk diceritakan. satu lagi, entah bagaimana menejemen neuron otak beliau dengan bisa sangat cepat menemukan kitab rujukan beserta pengarangnya. apa aku harus banyak-banyak makan pegagan?

pukul 9 malam, sesi dua dibuka. kelelahan saat siang membuat mataku merem melek, sementara otakku mati-menyala.
Iman adalah hal yang sirat, kadang tak sadar seseorang hingga imannya tiba-tiba hilang dan bahkan dia tak pernah sadar akan keberadaan imannya. inilah kebodohan. lantas apa yang membuat kebodohan macam ini terus ada?
pernah merasa sudah beramal maksimal?
pernah merasa cukup dengan segala ibadah?
hati-hati, karena setan sedang menggerogoti iman kita. banyak orang yang sibuk mencibir, membahas keburukan orang sana sini, sedangkan dirinya sendiri berakhir menyedihkan tak pernah bangkit. terlalu ramai menciderai lisannya sendiri. apa yang sedang ia cari? pengakuan? Ya, pengakuan bahwa dia bagian dari orang-orang "gampangan".

ada pula orang dengan dalil diatas, memilih diam. katanya karena diam itu emas. tak pernah sekalipun emas jatuh ketika aku diam. entah dari mana pepatah itu. bodoh itu kayak tong kosong, bicara saja tak mau mendengar. pengecut itu kayak TV rusak, tak ada bunyi padahal ilmuny segudang. pilih yang mana? menjadi bodoh atau pengecut?
Ya, itu bukan satu-satunya pilihan. kau bisa pilih menjadi manusia. bersedia mendengar dan berusaha menyampaikan. bukan hal yang aneh bukan, jika seseorang ingin menceritakan kisahnya? sebab manusia memang seperti itu. maka jagalah lisan dan abadikan yang kita dengar dengan tulisan.

Sabtu, 03 Agustus 2013

Mimpi

aku termasuk orang yang jarang bermimpi dalam arti denotatif. tidur yang sangat pulas membuatku sulit terbangun meskpun gempa terjadi. Apa daya? itu diluar kuasaku..
beda lagi kalau kita berbicara tentang mimpi dalam arti konotatif. sudah banyak buku dan film yang aku konsumsi dengan genre pembangkit semangat dan pengejar mimpi. tapi ku pikir, film dan buku yang telah aku konsumsi itu tidak benar-benar aku sadari maknanya hingga hari ini. tidak pernah aku benar-benar memikirkan akan jadi apa aku nanti. tidak pernah.

ini salah satu ciri-ciri golongan darah O, tidak gampang pusing. bisa juga disebut masa bodoh. bisa juga disebut malas mikir. alhasil, kebanyakan tindakanku mengikuti apa yang terdekat dan apa yang mudah. masuk ke Farmasi pun seperti itu, tapi berdasarkan kaidah apa yang terdekat bukan apa yang mudah. setelah yudisium kemarin ini aku baru rajin berfikir. habis ini ingin apa, setelah ini mau apa. wahh... aku benar-benar berfikir.

Jadi, ada beberapa hal yang akhirnya ingin aku tuliskan sekaligus ingin aku ikrarkan, semoga Allah mengiyakan dan mengabulkan:
1. tentang mimpi, bukan jadi rahasia lagi kalau aku sudah ikut serta dalam gerakan dakwah. satu-satunya keputusan yang aku anggap paling tepat dalam hidupku adalah ini, berada dalam barisan dakwah. Jadi, tak akan ada satupun yang akan menghalangi tetap berada dalam jamaah ini, kecuali Allah menarik keimanan dari dadaku atau mematikanku dalam syahid (aku merasa keren)
2. karena aku sudah sarjana, Farmasi pula. bukan pilihan lagi kalau aku harus mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah aku makan sejak 4 tahun lalu. cita-cita s2 ada. namanya juga mimpi ya, boleh tinggi dong. aku tidak takut gagal koq. salah satu ciri-ciri golongan darah O itu santai meskipun belum berhasil. yah.. itu urusan Allah lah. ada pilihan di ITB atau bahkan aku berencana mencari beasiswa ke luar negeri. Namanya juga cita-cita (lagi). untuk edisi ini, lain waktulah aku jelaskan.
3. Nah, yang ini jauh lebih menantang dari nomor-nomor sebelumnya. mulai hari ini, aku akan update blog setiap hari. SETIAP HARI. iya setiap hari. setiap hari? setiap hari ga ya? setiap hari lah yaa.. Iyaa!!!
4. ada satu keinginan yang sudah sejak lama aku pendam. hanya saja sebagai perempuan, Allah yang Maha sayang memberikan banyak batasan agar aku dijaga. Naik gunung. Ya aku ingin naik gunung. Rumahku yang berada di kota pinggir laut, membuatku terkagum-kagum tiap kali melihat gunung. sekali saja. Hanya sekali. aku ingin naik gunung semeru. kalau tidak boleh, sampai Ranu Kumbolo saja. untuk ini, aku harus minta mahramku untuk menemani. Ayahku tidak mungkin, karena beliau sudah tua, kakakku masih mungkin, tapi kayaknya dia pelit, kalau dia tidak mau, mau tidak mau aku harus tunggu mahramku selanjutnya dan memaksanya untuk menemani.

pernah aku lihat orang yang menuliskan 100 keinginannya yang katanya satu persatu dikabulkan Allah. sekarang ini aku baru mampu menuliskan 4 keinginan ini saja. kau tau kan golongan darah O tidak begitu mahir berpikir (apa aku saja?). ketika nanti aku berfikir dan ada yang ingin aku lakukan, tinggal aku tulis saja. dan kalian mendoakannya.

Senin, 29 Juli 2013

berpetualang

dilahirkan dalam keluarga berkecukupan, aku terbiasa hidup normal tanpa kesulitan. tak ada pasion, semua berjalan terlalu normal, tak ada yang istimewa. aku merasa duniaku datar-datar saja, seperti sinetron kejar tayang yang ratingnya rendah. Anteng!

ketika kerikil kecil menghalangi jalanku, orang-orang masih berjalan. tapi aku meringis kesakitan. seakan dunia begitu tak memihak padaku. bukan salahku lahir dari keluarga berkecukupan, bahkan itu hal yang pantas untuk ku syukuri.

namun aku juga mengharapkan petualangan kelas elit dengan mengais rezeki dari tumpukan koran, menjaga bunyi perut agar tak terdengar. bukankah itu yang akan ku ceritakan pada anak dan cucuku kelak? bahwa orang tuanya pernah berjuang untuk hidupnya, melalui masa sulit tanpa mengeluh, berhasil menyeberangi banjir cobaan meskipun seluruh hartanya hanyut tenggelam.


Jumat, 21 Juni 2013

Kisah Manusia

Jikalau dunia dibanjiiri kemaksiatan, akan selalu ada sosok pemberani yang menantang jaman. Pun jikalau bumi ramai dengan makian, akan selalu ada lisan yang basah menebarkan nasehat ke seluruh alam. begitulah dunia bekerja, begitulah Allah mengaturnya.

setetes air mata jatuh ke kerudung besarnya. ia adik yang penuh dengan keceriaan. siapa yang tau ia memiliki banyak ketakutan. terlihat ia berusaha merajut benang keberanian yang entah sejak kapan di gunting kekecewaan berbalut kesal. tak yakin dia akan menjadi sosok pemberani dan penebar nasehat, padahal begitu sering lisannya bertasbih begitu ingin suaranya mengumandang kebaikan.

dia punya kisah...

Manusia lahir dengan berbagai kisah, di tiap untai nafasnya ada cerita yang telah Allah rancang. Manusia adalah calon bintang yang sedang di casting untuk cerita besar yang lebih hebat lagi. sayangnya, tidak semua manusia mau menjadi pemerannya. banyak yang terlalu takut untuk gagal. alih-alih mereka mencari kisah lain yang tak punya makna tak berujung bahagia. mana manusia tahu apa yang menanti mereka.

Itulah dunia, kalau saja manusia ingin mengerti. biarkan Dia memacu adrenalinmu, menggagas semangatmu, menyambungkan jutaan neuron di otakmu. Untuk membuat kisah semakin indah, sehingga tak malu kita saat bioskop besar di tanah lapang ma'syar ditayangkan.

Ayah, ibu adalah bagian dari ceritaNya. mereka adalah cameo di kisahmu. kehadiran mereka adalah bumbu pelipur lara sekaligus tokoh antagonisnya. Kisahkan mereka dengan indah, dengan bulir-bulir air mata dipangkuan mereka atau genggaman tangan di jalan raya atau duduk bersila bersama di taman surga. kalaupun ia jauh berseberangan, Allah perintahkan tangannya tetap kita cium. Tapi Allah tetaplah yang utama, sebab Ayah kita adalah pegawaiNya. Syukuri semua skenarioNya, hingga kisah ini berakhir dan kita menjadi selebriti di surga.

Minggu, 09 Juni 2013

Berani di tampar

menurut saya, tidak ada yang lebih menyesalkan dari kehilangan hafalan dan kehilangan kebiasaan, dan kedua hal itu akan terjadi secara bersamaan ketika datangnya silkus wanita. Ya, hari libur wanita dari aktivitas ibadah mahdhoh. ketika liburnya telah berakhir, saya harus kerja keras lagi memunculkan kebiasaan yang sudah sebelumnya saya bangun. agak repot memang, tapi disitu juga tantangannya...

seminggu yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman. sebenarnya dia bukanlah kawan jauh, kami dulu pernah satu halqah (pengajian), namun karena satu dua hal dia dipindahkan ke kelompok lain. lama tak bersua, dia membuat saya merasakan emosi yang berubah-ubah selama 2 jam durasi pertemuan kami. satu waktu dia memaksa saya terdiam sambil menitikkan air mata, diwaktu lain dia membuat saya tertawa terbahak sambil sesekali menyeringai miris dengan hal yang dia sampaikan. secara tidak langsung dia telah menguasai kemampuan komunikasi dasar yang diajakan dr Arif pada mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat. sungguh dakwah memang perlu keahlian itu..

huff... dia membuat saya terkejut dengan semua perubahannya, bisa di bilang dia berlari sudah sangat jauh. namun jangankan dirinya, segala cita-citanya pun sudah jelas tepat ada didepan matanya.
"aku tidak tertarik dengan matematika Ndang, jadi aku harus mencari hal lain yang aku sukai"
"aku ingin menjadi pembicara hebat, mengisi acara training, membuat event organizer, membuat ini ... itu"
banyak sekali yang telah jelas ingin ia raih.

beginilah rasanya terjungkal dari tempat duduk. beginilah cara Allah memberikan tamparan. sayangnya ada orang yang hanya perlu di  tampar sekali maka ia akan bangkit dari tidur panjang, ada pula yang perlu ditampar bolak balik agar ia mau sekedar memikirkan apa yang hendak ia raih. sayangnya lagi, aku yang nomer dua.


Maaf anda kesasar...

Sebuah catatan kehidupan, bukti bahwa raga ini pernah hidup, hujjah bahwa jiwa ini pernah bangkit, dan pemakluman bahwa aku hanyalah seorang manusia.
Selamat datang di blog saya, perkenalkan saya Endang Rahayu Tri Purwandhany, banyak orang yang menyangka bahwa saya orang jawa asli. tidak salah, karena kedua orang tua saya memang orang ciamis asli. hanya saja, identitas kejawaan saya sudah terdistorsi karena kemampuan berbahasa jawa yang jongkok dan
mata sipit seperti cici penjual emas.
yah, tak perlu lah itu dibahas. toh kemampuan berbahasa yang jongkok dan kesipitan mata saya tidak akan dimintai pertanggungjawaban. saya masihlah sama dengan anak perempuan sipit yang suka membuat cerita fantasi, saya juga masih sama dengan saya yang suka curhat tentang masalah orang lain dibuku harian saya sendiri. masih sama, hanya kini saya ingin disebut seorang penulis. Ya, meskipun belum menelorkan satu karya pun, saya ingin dikenal dengan sebutan itu. paling tidak itu saya tahu kalau saya ga bodoh-bodoh amat.

so, enjoy your self, jangan lupa saya sudah ingatkan kalian bahwa anda kesasar.
selamat membaca...

Kamis, 06 Juni 2013

Jakarta

Turun dari bis, tiga anak manusia terlihat bingung mencari arah. Dimana angkot nomer 06? Setelah lama mencari barulah yang dimaksud oleh sang navigator angkotnya nomer 16. Orang-orang pasti mengira kami adalah bocah urban yang mencari peruntungan di tanah Batavia. Ya, Jakarta. Sebagai ibu kota Negara, Jakarta adalah representasi dunia atas Indonesia. Kecanggihan alat transportasi, angka kriminalitas, angka pengangguran, semua merepresentasikan kondisi Indonesia.
                Menurutku, hal yang paling mengerikan di Jakarta adalah. GEDUNG. Entah karena aku orang udik atau karena aku cantik, gedung-gedung tinggi menjulang diJakarta selalu meresahkan hatiku. Bukan karena dia merebut suamiku, tapi karena keangkuhan dan kesombongannya. Bagiku, gedung-gedung tinggi itu seakan berkata “disini kami menguasai kehidupanmu 20 tahun kedepan!”. Jadilah aku ingat dengan serial drama korea Boys Before Flower. Dulu, bagiku lelaki macam gu junpyo tidak mungkin ada di dunia nyata, selain rambut permnya. Mana mungkin lelaki yang bisa bangun di bali, makan siang di hawai dan tidur malam di menara Eiffel ada. Tapi nampaknya gedung-gedung itu juga mengatakan “ada gu junpyo disini”. Kau bisa membayangkan, tiap kali aku memandang gedung tinggi, ada wajah gujunpyo dengan rambunya keritingnya. So annoying!.
                Terlalu tinggilah kalau kita membahas gedung tinggi, mari kita turun puluhan meter dibawahnya. Gerobak-gerobak kayu beratapkan bendera partai banyak di parkir didepan pertokoan. Bukan sampah yang mereka angkut, tapi perut yang lapar. Padahal dibelahn daerah Indonesia yang lain belum selesai partai-partai itu bagi-bagi motor. Setengah meter dari sana, berdiri rumah mewah segede alaihim. Didalamnya ayah, ibu, dan anak bercengkrama tentang lokasi liburan selanjutnya setelah konser super junior yang akan diadakan dua malam selanjutnya.
                Huftt… itulah Jakarta, itulah Indonesia. Pada siapa pemilik rumah gerobak itu akan mengeluh jika satpol PP akhirnya menangkat mereka karena sangkaan merusak pemandangan kota? Pemerintah mana yang harus mereka patuhi? Terkadang kita lupa mencoba sudut pandang lain ketika berfikir, hanya karena kita tak pernah menginderanya apakah itu bermakna ia tiada?
Jakarta hanyalah sekian decimal persen dari korban bencana kapitalisme yang sedang melanda dunia. Ia tak bisa diselamatkan oleh supermen apalagi yang bocah kayak astroboy. Dunia butuh Naruto. Lho? Maksud saya dunia butuh perbaikan. Yang perlu kita sadari bencana kapitalisme ini tidak hanya menyerang Indonesia, apalagi Jakarta. Negara-negara timur tengah yang kaya akan minyak bisa dibawah kediktatoran, kaum muslimin terus dibantai, orang miskin amerika terus menerus meningkat, wall street nyaris lumpuh, system hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas.
Inilah rangkaian hari pertama dengan rute bandara-kalibata-bidara cina-istiqlal-monas-istiqlal-bidara cina. Hari kedua adalah jawaban dari episode suram diatas. Makanya tunggu episode selanjutnya.

Catatan jempol:
1. Konoha kena bencana kapitalisme juga ga ya?
2. Episode suram ini sudah terjadi lebih dari 90 tahun, sudahlah lelah dunia membopong demokrasi yang segitu mahalnya. Mari buka literature berapa banyak dana yang sudah dikeluarkan Indonesia untuk demokrasi. Kata ustad Abay, demokrasi tidak boleh disamakan dengan sampah, karena sampah masih bisa di daur ulang, sedangkan demokrasi harus dimusnahkan dan dihilangkan, hingga debu-debunyapun tak kita hirup
3. Ini kisah pra keberangkatan Baru saja naik ke travel aku kaget mendengar kabar kalau seorang ustad kondang akan naik travel yang sama dengan aku dan kawan-kawan. Katanya namanya ustad Yusuf Mansyur, kontan saja aku langsung nanya “ boleh minta tanda tangan ga ya?”.  namanya juga anak kampung, aku heboh aku waktu tau akan bertemu langsung dengan orang yang suka tampil di tivi, jangankan ustad Yusuf Mansyur, kalau ada pencuri ayam di dekat rumah yang ketangkap polisi terus masuk tivi aku pasti datang ke rumahnya nitip tanda tangan. Tapi, ya sudah lah ya. Toh ternyata yang aku temui bukan ustad Yusuf Mansyur tapi seroang bapak yang memang namanya Yusuf Mansyur, aku dan kawan hanya bisa saling pandang. Jadilah perjalanan aku habiskan dengan tidur sambil menahan sesuatu agar tidak keluar dari perut.

Rabu, 05 Juni 2013

Khilafah buat semua


Seorang teman pernah menuliskan dalam salah satu jendela sosmed tentang kekecewaannya pada kondisi yang memaksa dia untuk tidak melaksanakan ibadahnya, karena mayoritas berkehendak hari itu digunakan untuk ujian. Ia berkomentar cukup tegas dengan mengatakan ia mengorbankan hari ibadahnya demi mayoritas bahkan ia mengatakan ia tidak heran jika kaum muslimin di belahan dunia lain diperlakukan semena-mena karena iapun merasakan hal yang serupa di negeri ini. Jelas, yang ia maksud dengan mayoritas adalah Islam yang memang mayoritas di negeri ini. Saya sangat mengerti apa yang ia maksudkan. Saya paham, bahkan saya merasakan apa yang dia rasakan.
Jika dikatakan minoritas pastilah mengikuti mayoritas,  maka sebenarnya hal itu tidak bisa dikatakan benar secara keseluruhan. Sebagai seorang muslim, selama ini sayapun merasa tidak bisa melaksanakan Islam sesuai dengan aturan ibadah yang ditetapkan dalam Islam. Bahkan untuk sekedar sholat, hak itu pun sering kali tidak diindahkan di republik ini. Dalam sistem pendidikan sekuler seperti sekarang, kadang kala waktu kuliah berbarengan dengan waktu sholat sehingga memaksa mahasiswa muslim untuk sholat di akhir-akhir waktu. Bahkan tidak jarang, ada situasi yang memaksa mahasiswa muslim meninggalkan sholatnya misalnya pada saat ospek universitas. Dari sinilah saya berpikiran bahwa saya dan kawan saya ini berada pada posisi yang sama. Sama-sama tidak mendapatkan hak masing-masing, apapun  agama kita baik minoritas ataupun mayoritas. Oleh karena itu, mungkin yang harus diluruskan disini, bukanlah Islam yang membuat kawan saya ini tidak dapat melaksanakan ibadahnya dengan leluasa hanya karena pelaku pembuat kebijakan adalah seorang muslim, sama sekali bukan. Sebab Allah secara jelas menyatakan dalam Al-quran “lakum diinukum wal yadiin” bagimu agamamu, bagiku agamaku. “laa iqraha fiddin” tidak ada paksaan dalam agama.
Jika kita menilik sirah (perjalanan hidup) Rasulullah, sangat jelas bahwa Islam sangat menghargai perbedaan agama. Rasulullah SAW bersabda barang siapa menyakiti orang kafir dzimmi, maka aku akan menjadi lawannya pada hari kiamat. Hadist inilah yang menjadi hukum syara penjagaan harta dan kehormatan non muslim dalam sistem khilafah. Sistem inipun telah terbukti selama berabad-abad mensejahterakan manusia, baik kaum muslimin maupun umat agama lain. Spanyol (Andalusia), yang dulu merupakan bekas bagian dari kekhilafahan adalah kota dengan julukan the land with 3 religion. Kristen, yahudi dan islam hidup dibawah payung yang sama yaitu khilafah islamiyah. Masing-masing orang, apapun latar belakang agamanya, akan mendapatkan hak yang sama sebagai warga Negara. Jika kaum muslimin diwajibkan untuk menuntut ilmu, maka bagi agama lain menuntut ilmu adalah hak bagi mereka sebagai warga Negara. Jika dalam keadaan perang kaum muslimin diwajibkan untuk berjihad mengangkat senjata, maka bagi agama lain darah mereka dijamin penjagaannya oleh Negara. Jika begini adanya, di mana posisi islam sebagai agama yang pilih kasih?
Yang perlu kita sadari bencana kapitalisme bukan hanya menyerang kaum muslimin saja tapi juga umat agama lain yang juga direnggut hak-haknya. Republik Demokratis Kongo merupakan negeri mayoritas nasrani yang juga termasuk negeri miskin dengan PDB perkapita hanya $348 (data tahun 2011). Bahkan secara umum, benua afrika di huni oleh baik muslim maupun non muslim yang kedua-duanya mengalami kemiskinan dan penderitaan yang sama.

Maka benar kata Hj. Irene Handono bahwa perjuangan untuk khilafah berarti perjuangan untuk berbagai suku bangsa, warna kulit dan tentu saja berbagai agama, berjuang untuk umat manusia di seluruh dunia. Khilafah adalah sistem yang menjadi janji Allah bagi kaum muslimin, menjadi kebutuhan bagi kaum muslimin sekaligus bagi umat agama lain. Ustad felix Siaw pernah mengatakan tidak layak bagi seorang muslim mempertanyakan benar tidaknya janji Allah akan terjadi, benar tidaknya Islam akan tegak kembali, atau benar tidaknya Khilafah akan tegak lagi, sebab pertanyaan ini hanya layak untuk diajukan oleh kaum non muslim yang memang tidak mempercayai Allah sebagai Tuhannya. Kaum muslimin? Setiap hari kaum muslimin mengucapkan dua kalimat syahadat di setiap sholatnya. Apakah pantas dzat yang tiap pagi dan sore hari kita kuduskan namanya tidak kita percayai perkataan dan tuntunannya?

Senin, 27 Mei 2013

Generasi Emas dari Rahim Wanita


     Suatu peradaban lahir sebagai produk sebuah ideologi atau paham yang diadopsi oleh masyarakat pada zamannya. Ideologi ini yang akan membentuk pola pikir dan pola sikap masyarakat sekaligus menjamin seberapa jauh peradaban itu akan bangkit dan eksis. Peradaban yang maju ditandai dengan berbagai macam faktor, baik dari sisi ekonomi, perkembangan teknologi informasi, kemajuan sektor pertanian dan dari sisi kata dasar peradaban itu sendiri yaitu “adab” yakni dengan menilai seberadab apa masyarakat yang hidup di era itu.
            Dunia telah melalui berbagai peradaban, entah itu sebentar saja atau hingga berabad-abad lamanya dengan segala keunggulan dan keterbelakangannya. Tentu kita mengenal peradaban yunani kuno, peradaban mesir kuno, peradaban Persia, dan tentu saja peradaban Islam yang berdiri di atas ideologi Islam. Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah hadir sebagai paham yang mampu mengakomodir kebutuhan jasmani dan naluri manusia. Kesempuranaan Islam mampu melahirkan sebuah peradaban keemasan yang unggul dalam segala bidang, baik dari sisi ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, kemajuan sektor pertanian dan pengolahan sumber daya alam, dan pada waktu yang sama keberadaban manusia dapat dibangkitkan oleh Islam dengan  melahirkan faqih fiddin yang menguasi ilmu agama.
            Jika ditanyakan, siapakah yang ada dibalik keberhasilan Islam dalam mendidik anak-anak muslim untuk menjadi generasi emas? Dalam Islam pendidikan selalu dimulai dari unit terkecil dalam sebuah masyarakat yaitu keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang akan menjadi tempat calon pemimpin tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini, sosok yang berperan besar adalah ibu atau wanita. Tidak ada peradaban di era manapun yang memposisikan wanita semulia dan seterhormat Islam. Kemuliaan wanita di jamin dengan posisi terbaik yang tidak hanya diharapkan di dunia tetapi juga di akhirat. Peran wanita yang utama adalah sebagai ummu wa rabbatul bait, ibu dan pengatur rumah tangga. Di mata para feminis dan genderis, peran itu terdengar kampungan dan tidak elit, seakan-akan bahasa pengatur rumah tangga sama dengan babu atau pekerja kasar yang aktivitasanya hanya berhubungan dengan kasur, dapur, dan sumur. Wajar jika barat mengopinikan hal macam itu, sebab barat, semaju apapun peradaban yang pernah mereka rasakan tidak pernah mampu memposisikan wanita pada tempat yang ideal yang mampu memuaskan wanita, sedangkan Islam menjanjikan wanita singgasana terbaik jika ia mampu mendidik keluarganya dan mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki.
            Wanita di dalam Islam bukanlah seperti yang diopinikan oleh kaum feminis itu, dimana dikatakan penuh dengan kebodohan dan penindasan. Didalam Islam, wanita diwajibkan untuk pandai dan berilmu, sebab bagaimana bisa ia mendidik calon pemimpin jika ia tidak berilmu. Anak-anaknya merupakan murid yang harus mampu ia giring pada kebaikan dan tentu saja keberadaban, hingga mereka nantinya akan lahir sebagai pribadi beriman, taat hanya kepada Allah, kuat pendiriannya, pandai bergaul, cerdas, dan mempunyai kepedulian pada masyarakat. Inilah generasi-generasi unggul yang siap memimpin bangkitnya peradaban gemilang Islam.
Serangan ideologi sekuler yang sedang membangun peradabannya saat ini telah meluluhlantakkan unit keluarga. Masyarakat yang semakin terjauhkan dengan Islam berpandangan bahwa wanita yang sukses adalah wanita yang mampu bekerja membantu keluarga dalam mendapatkan penghasilan dan kehidupan yang ideal dari sisi keuangan. Peran wanita di ranah publik seakan menjadi fardlu yang akan mampu mengangkat derajat kehormatan keluarga di mata masyarakat.
Islam tidak pernah membatasi profesi yang akan digeluti oleh wanita baik dalam bidang kewirausahaan dan kelimuan. Toh kita melihat ummul mukminin Khadijah adalah seorang pedagang ternama dengan aktivitas marketing yang sangat padat namun kita temui pula anak-anak beliau menjadi pejuang-pejuang Islam yang namanya harum ditengah-tengah kaum muslimin. Kitapun mengenal Maryam al Asturlabi, seorang wanita yang hidup pada masa kekhilafahan bani umayyah, mampu menelurkan penemuan besar yang menjadi bakal perkembangan teknologi abad 21 ini, namun ia pun wanita sholihah yang patuh pada rambu-rambu syariah.
Herannya, umat saat ini masih berkaca pada imperium barat yang bahkan hanya bisa berdiri diatas kaki-kaki negeri-negeri muslim. Pasak-pasar yang mereka tanam sudah mulai tumbang dan akan segera tercerabut. Umat masih berkaca pada ide persamaan gender yang disuarakan para feminis yang mereka sendiri lahir dari keluarga broken home dan hidup dengan disorientasi seksual. Tak pernah ada bukti ide gender berhasil menyelesaikan permasalahan perempuan, yang terjadi justru sebaliknya. Ide gender melemparkan wanita ditempat terendah sebagai mesin pencetak uang dan tiang-tiang ekonomi dunia.
            Allah adalah sebaik-baik pemelihara, Ia menjelaskan rambu-rambu manusia dengan penuh kasih sayang dan kepedulian. Tak tega sesungguhnya Ia melepaskan manusia dengan akal terbatas yang mereka miliki. Oleh karenanya, Allah meletakkan cahaya ditiap jalan agar manusia mampu melihatnya dan mengikuti arahnya. Peran wanitapun demikian, pilihannyalah apakah ingin mulia dengan Islam atau hina tanpanya. Dengan patuh pada aturanNya, niscaya generasi emas akan lahir dari rahim-rahim wanita kaum muslimin. Wallahu a’lam

Kamis, 18 April 2013

Kelas

Remuk rasanya badan pagi itu, alhamdulillahnya aku jenis manusia yang bisa tidur dimanapun dalam kondisi apapun, termasuk di dalam kolong tempat tidur Rumah sakit. Meski terantuk besi ranjang berkali-kali, toh aku bisa balik lagi ke mimpiku (imagine! I can still dreaming). Ada sekitar 12 ranjang dalam ruangan 10x 3 m dengan dua kipas angina yang menyala sepanjang malam. Inilah yang disebut dengan kelas!
Sejauh yang ku baca, kelas social lahir di dunia kapitalistik dimana perbedaan merupakan hal yang sangat nyata. Tak dapat dihindarkan. Kulit adalah perbedaan, warna mata, tebal dompet, luas halaman rumah, gelar, merk sepatu, jenis gatget, semua adalah perbedaan. Untuk menegaskanya, digunakanlah kelas. Singkatnya, karena kita berbeda, kita perlu pengelompokkan agar semua orang mendapatkan hak sesuai dengan perbedaan itu.
Lebih parahnya di Negara-negara eropa denga mayoritas bermata biru, maka secara otomatis kelaspun akan dibagi berdasarkan warna mata. Ibaratnya nih, kalo ada dua manusia datang ke rumah sakit dengan kondisi yang sama gawatnya, pihak RS akan memanggil “bapak yang warna matanya biru silakan masuk”. Yang warna matanya tidak biru hanya bisa membatin “salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen gue, kalo mat ague ga biru?” (Ala AADC) selanjutnya scene dilanjutkan dengan pembacaan puisi “ku lari kehutan kemudian teriakku, benci sendiri…”
Benar pertanyaan lelaki-tidak-bermata-biru tadi, salah siapa kalau mata dia tidak biru. Jelas bukan salah dia, apalagi teman-teman dia. Sejatinya teori macam ini tidak semestinya terjadi, jika akal kita masih normal, atau paling tidak kita masih mau mikir. Apa yang membuat orang bermata biru lebih terhormat disbanding mataku yang cokelat dan sipit. Toh, kita tidak akan di hisab atas warna mata kita nantinya.
Diskriminasi kelas terjadi pada masa pra revolusi perancis, namanya budak sama juragan, jongos sama yang dijongosi jelas posisinya. Dan jelas ini tidak mendatangkan kedamaian karena aka nada terus menerus benturan antar dua kelas itu. Pasca revolusi perancis, harapan orang-orang seperti lelaki-tidak-bermata-biru pupus hanya tinggal harapan. Taka da perbedaan, keadilan yang diusung selama masa revolusi terdistorsi hingga kehilangan makna. lelaki-tidak-bermata-biru tetap menjadi jongos dan juragannya tetap mereka yang bermata biru.
Itulah kapitalisme. Bukan sok keren, makanya bahas kapitalisme. Hanya saja, kejadian lelaki-tidak-bermata-biru biru tadi ada 100 meter dari kontrakan saya. Bisa jadi itu juga ada bukan 100 meter dari rumahmu, tapi tepat dibawah hidungmu. Tidak lama lagi, hanya kaum borjuis yang bisa naik angkot. Orang Indonesia setara lelaki-tidak-bermata-biru paling banter hanya bisa jadi supir atau kenek angkot, Karena minyak kita dimiliki para kapitalis.
Balik ke TKP di RS tadi, baliho depan RS tentang pelayanan prima sebenarnya diikuti tanda bintang *kalau duit anda tebal yang ditulis dengan ukuran font 9. Jadi pertanyaannya, kenapa harus ada kelas social kalau ada yang namanya keadilan social?
Pletak! Aku di jitak. Katanya “jangan singgung2 tentang pancasila, ntar di tuduh tidak pancasilais”. Lalu aku hanya bisa diam. Menunggu sampai ia pergi, lalu kembali berkoar-koar

Selasa, 26 Maret 2013

selamat bodoh wahai orang sombong

berbeda orang yang selalu merasa bodoh dan orang yang merasa cukup dengan pengetahuannya.orang bodoh akan selalu menerima banyak diskusi karena dari sanalah ia akan selalu merasa bodoh, lain dengan orang yang selalu merasa pintar, ia menghindari diskusi karena merasa pemahamannya sudah benar dan telah sempurna.

seperti apa kau?
kita tau bahwa kebenaran hanyalah milik Allah, kita hanya berusaha untuk semakin dekat pada kebenaran dengan menyandarkan pada kitab tebal di lemari tiap muslim dan lisan, perilaku, serta diamnya Rasul. selama kita punya standar yang sama, monggo sama-sama berjalan kepada satu tujuan itu. lebarkan telinga, buka mata lebar-lebar, simak semua perbincangan yang berlari mendekati kebenaran. pelajari semuanya, pikirkan semuanya. apa yang ditakutkan? takut didebat? takut harus menyerah?

ilmu bukanlah masalah menang kalah, ilmu adalah perkara kebenaran. mengapa merasa hina jika mendapat kebenaran dari orang lain? mengapa merasa buruk jika mendapat teguran dari kawan lain? sungguh itu hanya  kesombongan yang darinya lahir kebodohan. selamat bodoh bagimu orang sombong! yang merasa jemarinya relah menyentuh surga, padahal aromanyapun tak ia rasakan...

menjemput kematian


Ada suatu waktu di mana aku ingin segera mati saat itu juga. Suatu waktu dimana aku siap jika Allah memutuskan nafasku saat itu juga. Menghentikan aliran darah dinadiku setik itu pula. Waktu dimana aku sedang berteriak lantang “Allahu Akbar”
Pernah melihat seseorang yang rela menyisihkan setengah hartanya untuk dakwah, dia ada disini, pernah melihat orang yang rela ayahnya membakar jilbab miliknya hanya untuk dakwah?, dia ada disini. Pernah melihat seseorang yang rela menempuh ribuan kilometer hanya untuk dakwah? Dia juga ada disini. Jika ditanyakan pada mereka apa yang menjadi tujuan perjalananmu? syahid
Inilah cita-cita para ghazi, cita-cita para ghuroba, cita-cita para pemegang bara.
Mungkin masih banyak yang mencibir, mungkin masih banyak yang bertanya, apa yang mereka lakukan dijalanan di siang bolong. Namun, mungkin pula, suatu saat mereka juga akan menyesali “mengapa saya tidak bersama kalian saat itu?”
Semoga Allah memberikan waktu yang tepat pada kematian kita, sehingga tak salah jika hari itu kita tersenyum sumringah, karena Israilpun menyambut kita…

Senin, 25 Maret 2013

rumah sakit jaman mbois

"Ayahku! Kau bertanya, apakah kau harus membawa uang untukku. Bila aku sudah sembuh dan keluar nanti, rumah sakit akan memberiku pakaian baru dan lima potong emas, sehingga aku tak harus langsung bekerja. Kau pun tak perlu menjual ternak kepada tetangga. Tapi hendaknya kau segera datang, jika kau masih ingin menemuiku di sini. Aku terbaring di bagian ortopedik, bersebelahan dengan saal operasi. Bila kau datang melalui pintu masuk utama, berjalanlah lurus melalui aula bagian selatan. Di situ ada poliklinik, tempat aku diperiksa pertama kali setelah aku terjatuh. Di sana setiap pasien baru akan diperiksa oleh para asisten dokter dan mahasiswa, dan jika seseorang dianggap tidak perlu dirawat-nginap, maka ia akan segera diberi resep obat, yang dapat ditukarkan di apotek rumah sakit. Setelah diperiksa di sana aku lalu didaftar, lalu diantar menemui dokter kepala rumah sakit. Seorang perawat memapahku masuk ke bangsal pria, memandikan tubuhku dan mengenakan pakain pasien yang bersih. Di sebelah kiri kau dapat melihat perpustakaan, dan ruang kuliah besar berada di belakangmu. Di situlah biasanya dokter kepala memberikan kuliah kepada mahasiswa. Gang di sebelah kiri beranda adalah jalan menuju bangsal wanita. Kau harus tetap mengambil jalan sebelah kanan, terus melewati bagian internis dan bagian bedah. Bila kebetulan terdengar alunan musik dan lagu-lagu dari salah satu kamar, cobalah tengok di dalamnya. Boleh jadi aku sudah berada di sana, di sebuah ruang khusus untuk para pasien yang sudah sembuh. Di situ kita dapat membaca buku-buku sambil menikmati alunan musik sebagai hiburan. Pagi tadi, ketika dokter kepala bersama para asisten dan perawat dalam kunjungan kelilingnya menjenguk dan memeriksaku, kepada dokter yang merawatku ia mengatakan sesuatu, yang tak aku pahami. Maka ia lalu menjelaskan kepadaku, bahwa besok pagi aku sudah boleh bangun dan meninggalkan rumah sakit. Keputusan yang sebenarnya belum aku inginkan.  Rasanya aku masih ingin tinggal di sini lebih lama lagi. Di sini semuanya begitu bersih dan terang. Tempat-tempat tidurnya empuk, sepreinya terbuat dari kain damas putih dan selimutnya lembut seperti beludru. Dalam setiap kamar tersedia aliran air, yang akan dihangatkan bila malam yang dingin tiba. Hampir tiap hari disuguhkan masakan daging unggas atau domba panggang, yang sangat cocok bagi kondisi perut para pasien. Pasien di sebelahku telah dengan sengaja selama seminggu pura-pura masih sakit, hanya agar ia masih bisa menikmati kelezatan gorengan ayam dalam beberapa hari lagi. Tapi dokter kepala mengetahui hal itu. Karena itu ia pun disuruh segera pulang. Namun untuk menunjukkan bahwa pasien itu sudah benar-benar pulih kesehatannya, ia masih dibolehkan sekali lagi menyantap hidangan roti keju dan ayam panggang.  Nah, ayah, datanglah, sebelum daging ayam terakhir untukku dipanggang!"
(surat salah satu pengelana didunia Islam)

ingat, yang diatas itu adalah surat yang datang kurang lebih 1000 tahun yang lalu bukan fasilitas rumah sakit jaman melenium kayak sekarang. logikanya, perkembangan teknologi ini akan searah dengan waktu bukan. tapi, pada faktanya, rumah sakit jaman baheula jauh lebih mbois daripada rumah sakit jaman ultramen kayak sekarang. cobalah tengok sesekali bangsal anak di Rumah sakit pemerintah terdekat. rumah sakit jadi semacam lingkaran setan, bukan karena banyak penampakannya, namun karena keluarga yang tadi ingin nambah pahala berkunjung pada saudara yang sakit akan menjadi target kuman selanjutnya. 

ingat kisah anak dera yang meninggal di pangkuan ayahnya karena di tolak 10 rumah sakit? saya semakin tak dapat membedakan yang mana sinetron yang mana kenyataan. terutama bagi tenaga kesehatan, semoga saja idealisme membantu sesama tidak luntur dimakan uang dan kesulitan hidup. ya, it's all about money. karena ini era kapitalistik, tak  heranlah ginjalmu akan dijual 1 atau 2 M untuk orang kaya yang kerjaannya minum minuman keras sampai ginjalnya enggan tetap berada ditubuhnya...

ayolah penggerak, dunia kini tak sama, dunia kini ladang pahala, ia meminta untuk diubah..